Thursday, 14 November 2013

Kisah Nabi Sulaiman & Ratu Balqis dari Kerajaan Saba'


                                         

Allah SWT berfirman:

"Dan sesungguhnya Kami telah memberi ilmu kepada Daud dan Sulaiman; dan keduanya mengucapkan: 'Segala puji bagi Allah yang melebihkan kami dari kebanyakan hamba-hambaNya yang beriman.' Dan Sulaiman telah mewarisi Daud dan dia berkata: 'Hai manusia, kami telah diberi pengertian tentang suara burung dan kami diberi segala sesuatu, sesungguhnya (semua) ini benar-benar suatu kurnia yang nyata.'" (QS. an-Naml: 15-16)

"Dan Sulaiman telah mewarisi Daud. " Beliau mewarisi Daud dalam sisi kenabian dan kekuasaan, bukan mewarisi harta kerana para nabi tidak mewariskan. Sebab sepeninggal mereka, harta mereka menjadi sedekah bagi orang-orang yang ada di sekitar mereka, yaitu orang-orang fakir dan orang yang memerlukan. Dan harta para nabi tidak dikhususkan bagi kalangan keluarganya. Rasulullah SAW bersabda: "Kami para nabi tidak mewariskan." Sulaiman mewarisi kenabian dari Daud. Ini adalah hal yang jelas. Allah SWT telah memilihnya sebagai Nabi dari Bani Israil. Begitu juga, Allah SWT telah memberinya kekuasaan (kerajaan) sehingga ia menjadi pimpinan Bani Israil. Daud sebenarnya adalah seorang pengembala kambing yang miskin, tetapi seiring dengan perjalanan waktu, ia menjadi ketua pasukan yang tiada tandingannya. Perubahan keadaan ini adalah sebagai bentuk ilham dari Allah SWT dan sebagai dukungan dariNya.

Daud mengetahui bahawa kekuatan yang hakiki yang mengatur alam wujud dari kekuatan Allah SWT. Ketika ia menghulurkan tangannya dan memegang potongan batu lalu beliau melemparkannya melalui 'catapult'nya ke arah Jalut, maka ini sebagai bentuk demonstrasi kekuatan darinya. Kehadiran Nabi Daud mengubah keadaan pasukan Bani Israil di mana mereka sebelumnya lari jika berhadapan dengan musuh, maka kini kekuatan mereka mulai digeruni lawan. Di masa hidupnya, Daud mengalami peperangan yang cukup banyak namun Al-Quran tidak menceritakan secara terperinci hal itu. Al-Quran adalah kitab dakwah di jalan Allah SWT, dan bukan kitab sejarah. Al-Quran hanya mengatakan:

"Dan Kami kuatkan kerajaannya." (QS. Shad: 20)

Ayat tersebut bererti bahawa Daud belum pernah dikalahkan dalam peperangan yang diikutinya. Di samping dukungan yang Allah SWT berikan kepada Daud, juga pasukannya dan rakyatnya di mana mereka adalah orang-orang yang bertauhid dan menyerahkan diri kepada Allah SWT, Allah SWT mengungkapkan kepada Daud hal-hal yang menjadikan pasukannya memiliki keistimewaan yang dengannya mereka dapat mengalahkan pasukan-pasukan yang lain yang ada di bumi pada masa tersebut.

Allah SWT berfirman:

"Dan Kami telah melunakkan besi untuknya." (QS. Saba': 10)

Masalah baju besi yang dibuat untuk orang-orang yang hendak berperang cukup mengganggu gerakan mereka. Bayangkan ketika ada dua orang yang berperang yang salah satunya dapat bergerak dengan bebas, sementara yang lain tidak bebas bergerak. Namun dengan kekuasaan Allah SWT, Nabi Daud dapat melunakkan besi dan membuat darinya baju besi yang ringan. Ini adalah kemajuan penting yang Allah SWT berikan kepada Daud dan tenteranya. Kemajuan ini kini dimiliki oleh Sulaiman. Demikianlah Sulaiman memiliki pasukan yang dahsyat yang melebihi pasukan mana pun di bumi saat itu. Bahkan Allah SWT menambah kurniaNya kepada Sulaiman:

"Dan Sulaiman telah mewarisi Daud, dan dia berkata: 'Hai manusia, kami telah diberi pengertian tentang suara burung dan kami diberi segala sesuatu. Sesungguhnya (semua) ini benar-benar suatu kurnia yang nyata.'" (QS. an-Naml: 16)

Ketika kita membuka lembaran-lembaran sejarah kehidupan Nabi Sulaiman yang diungkap oleh Al-Quran, maka kita akan mengetahui bahawa kita berada di masa keemasan Bani Israil, iaitu masa Nabi mereka dan penguasa mereka Sulaiman. Sulaiman tidak merasa puas dengan apa yang telah diwarisinya dari Daud dan terdorong untuk mendapatkan sesuatu yang lebih besar.

Pada suatu hari ia menadah tangannya dan berdoa kepada Allah SWT. Antara hati Nabi dan Allah SWT tidak ada penghalang, jarak, atau waktu. Tak seorang pun dari para nabi yang berdoa kepada Allah SWT kecuali doanya pasti terkabul. Kejernihan hati ketika mencapai puncak tertentu, maka ia akan menggapai apa saja yang diinginkan di jalan Allah SWT. Dalam doanya, Nabi Sulaiman berkata:

"Ia berkata: Ya Tuhanku, ampunilah aku dan anugerahilah kepadaku kerajaan yang tidak dimiliki oleh seseorangpun sesudahku." (QS. Shad: 35)

Catatan sejarah mengungkapkan pertemuan antara Nabi Sulaiman as dengan Ratu Balqis berdasarkan penelitian yang dilakukan negeri tua Saba di Yaman selatan. Penelitian yang dilakukan terhadap runtuhnya seorang 'ratu' yang pernah berada di kawasan ini hidup antara 1000 s/d 950 SM dan melakukan perjalanan ke utara (ke Jurusalem)

kredit : 
http://mselim3.blogspot.com/2013/10/kisah-nabi-sulaiman-dengan-ratu-balqis.html
                                       
Sulaiman menginginkan dari Allah SWT suatu kerajaan yang belum pernah diperoleh oleh siapa pun setelahnya. Allah SWT mengabulkan doa hambaNya Sulaiman dan memberinya kerajaan tersebut. Barangkali orang-orang yang hidup di saat ini bertanya-tanya mengapa Sulaiman meminta kerajaan ini yang belum pernah dikuasai oleh seorang pun setelahnya? Apakah Sulaiman - sesuai dengan bahasa kita saat ini - seorang lelaki yang gila kuasa. Tentu kita tidak menemukan sedikit pun masalah yang demikian dalam hati Sulaiman. Dorongan Sulaiman untuk mendapatkan kekuasaan atau kerajaan adalah dorongan yang ada di dalam seorang nabi, dan tentu dorongan para nabi tidak berkaitan kecuali dengan kebenaran. Dorongan tersebut adalah bertujuan untuk memudahkan penyebaran dakwah di muka bumi. Sulaiman sama sekali tidak cinta kepada kekuasaan dan ingin menunjukkan sikap kesombongan namun beliau ingin mendapatkan kekuasaan untuk memerangi kezaliman yang tersebar di muka bumi. Perhatikanlah kata-kata Sulaiman kepada Balqis ketika beliau berdialog dengannya tentang singgahsananya dalam surah an-Naml:

"Dan ketika Balqis datang, ditanyakanlah kepadanya: 'Serupa inikah singgahsanamu?' Dia menjawab: 'Seakan-akan singgahsana ini singgahsanaku, kami telah diberi pengetahuan sebelumnya dan kami adalah orang-orang yang berserah diri." (QS. an-Naml: 42)


Peninggalan kota Balqis. Nenek moyang mereka dikatakan berasal daripada kabilah-kabilah Arab Yaman. Asal kediaman mereka bernama Saba , kemudian menjadi nama negeri atau kerajaan dengan ibu kota Maarib

Demikianlah kata-kata Sulaiman yang bijaksana. Menurut pengetahuan, itu adalah kata-kata yang membenarkan permintaannya untuk memiliki kekuasaan dan kekuatan. Sulaiman telah mengerahkan semua kemuliaan dan kekuasaannya dalam rangka menegakkan agama Allah SWT dan menyebarkan Islam. Tidakkah ratu Saba' berkata pada akhir ceritanya bersama Sulaiman:

"Ya Tuhanku, sesungguhnya aku telah berbuat zalim terhadap diriku dan aku berserah diri bersama Sulaiman kepada Allah, Tuhan semesta alam." (QS. an-Naml: 44)

Setelah Mukadimah asas ini, marilah kita membuka halaman-halaman cerita Nabi Sulaiman. Nabi Sulaiman mewarisi kekuasaan, kenabian, dan hikmah (ilmu) dari Daud. Orang-orang menyebutnya: Sulaiman al-Hakim (Sulaiman yang bijaksana). Kebijaksanaan Nabi Sulaiman tidak terbatas pada keadilannya di tengah-tengah manusia dan kasih sayangnya kepada mereka namun kebijakan Sulaiman juga berlaku di kalangan burung dan binatang lainnya. Nabi Daud juga mengenal bahasa burung, tetapi Sulaiman dapat berbicara dengan bahasa burung, bahkan ia dapat menjadikannya pembantunya. Ketika Nabi Daud bertasbih, maka gunung- gunung dan burung-burung serta binatang-binatang buas pun ikut bertasbih bersamanya bahkan angin pun berhenti untuk mendengarkan tasbih ini, sedangkan Nabi Sulaiman, Allah SWT memberinya kurnia lebih dari itu di mana binatang-binatang buas tunduk padanya, begitu juga angin dan burung.

Allah SWT berfirman:

"Dan sesungguhnya Kami telah memberi ilmu kepada Daud dan Sulaiman; dan keduanya mengucapkan: 'Segala puji bagi Allah yang melebihkan kami dari kebanyakan hamba-hamba-Nya yang beriman.' Dan Sulaiman telah mewarisi Daud dan dia berkata: 'Hai manusia, kami telah diberi pengertian tentang suara burung dan kami diberi segala sesuatu, sesungguhnya (semua) ini benar-benar suatu kurnia yang nyata.'" (QS. an-Naml: 15-16)

Nabi Sulaiman mampu mendengar bisikan semut yang berbicara dengan sesama mereka, bahkan ia mampu memerintahkan semut tersebut sehingga semut itu taat kepada perintahnya. Pasukan Nabi Sulaiman memiliki kekuatan yang sangat dahsyat di dunia. Belum pernah ada di dunia suatu pasukan yang memiliki kekuatan seperti ini, Kekuatan Nabi Sulaiman berasal dari beberapa kombinasi yang sangat mengagumkan sehingga kerananya ia tidak dapat tertanding. Kekuatan itu terdiri dari manusia, jin, dan burung. Kita mengetahui bahawa jin adalah makhluk Allah SWT dan manusia tidak mampu melihatnya atau menghadirkannya atau meminta pertolongannya, sedangkan Sulaiman telah diberi Allah SWT kemampuan untuk menundukkan jin dan menggunakan mereka sebagai tentera di tengah-tengah peperangan, bahkan ia mampu menjadikan mereka sebagai pekerja-pekerja kasar di kerajaannya saat tidak ada peperangan. Ketika ada pasukan lain yang mencuba melawan pasukan ini, maka mustahil mereka akan merasakan kemenangan. Bahkan pasukan Sulaiman juga diperkuatkan oleh pasukan burung. Burung di pasukan Sulaiman memikul tugas yang penting, iaitu dengan tugas perisikan. Kita mengetahui bahawa peranan maklumat ketika peperangan adalah hal yang sangat penting. Dari maklumat tersebut, pasukan dapat mengetahui keadaan musuhnya. Demikianlah peranan burung pada pasukan Sulaiman. Ia terbang di tengah-tengah musuh kemudian ia kembali kepada Sulaiman untuk menyampaikan berita tentang keadaan musuhnya. Di samping jin dan burung, Allah s.w.t juga menundukkan angin untuk Sulaiman. Nabi Sulaiman dapat memerintah angin dan ia mampu untuk menaiki angin bersama tenteranya.

Sekarang, kita mengetahui bahawa idea adanya pesawat terbang adalah berangkat dari usaha memanfaatkan udara di mana pesawat tersebut dapat terbang di dalamnya meskipun ia lebih berat darinya. Namun sejak dahulu Allah SWT memberikan kemampuan ini kepada Sulaiman di mana ia mampu menundukkan angin dan menggunakannya demi kepentingannya. Oleh kerana itu, pasukan Sulaiman juga terdiri dari pasukan udara pada saat di mana tak seorang pun memimpikan untuk terbang di udara. Barangkali mukjizat ini yang Allah SWT berikan kepada Sulaiman menjadi sebab kejayaan tenteranta sehingga pasukannya tidak tertanding. 

Allah SWT berfirman:

"Dan dihimpunkan kepada Sulaiman tenteranya dari jin, manusia dan burung, lalu mereka diatur dengan tertib (dalam barisan)." (QS. an- Naml: 17)

"Kemudian Kami tundukkan kepada angin yang berhembus dengan baik menurut kemana saja yang dikehendakinya, dan (Kami tundukkan pula kepadanya) syaitan-syaitan semuanya ahli bangunan dan penyelam, dan syaitan yang lain yang terikat dalam belenggu. Inilah anugerah Kami;, maka berikanlah (kepada orang lain) atau tahanlah (untuk dirimu sendiri) dengan tiada pertanggungan jawab. Dan sesungguhnya dia mempunyai kedudukan yang dekat pada sisi Kami dan tempat kembali yang baik." (QS. Shad: 36-40)

Nabi Sulaiman menggunakan angin yang bertiup sesuai dengan perintahnya ke mana pun ia pergi dan ke mana pun tempat yang diinginkannya. Di samping senjata udara yang Allah SWT berikan kepada Sulaiman, Allah SWT juga memberikan kemampuan yang tidak seorang pun dari para nabi mendapatkannya. Iaitu kemampuan untuk memerintah syaitan. Syaitan adalah salah satu bahagian dari jin yang mana adalah kelompok yang celaka dari jin. Kelompok ini sebenarnya tidak mampu dikuasai oleh manusia, bahkan jin yang soleh pun tidak dapat mengatur mereka. Adapun Sulaiman, Allah SWT telah memberinya kekuasaan untuk menundukkan syaitan dan mempekerjakannya bahkan mengikatnya dengan rantai serta menghukumnya jika ia menentang perintahnya.

Syaitan membangunkan untuk Sulaiman istana dan patung-patung dan alat- alat perang. Bahkan syaitan-syaitan itu menyelam di dasar lautan untuk mengeluarkan permata dan yakut untuk Sulaiman. Jika ada di antara syaitan yang menentang perintahnya, maka Nabi Sulaiman mengikatnya dengan rantai. Ini semua menunjukkan kekayaan Sulaiman dan kekuasaannya di mana ia mampu mengatur banyak makhluk di dunia. Tentu kemampuannya itu atas izin atau kehendak dari Tuhannya sebagai mukjizat dariNya. 

Allah SWT berfirman:

"Dan sebahagian dari jin ada yang bekerja di hadapannya (di bawah kekuasaannya) dengan izin Tuhannya. Dan siapa yang menyimpang di antara mereka dari perintah Kami, Kami rasakan kepadanya azab neraka yang apinya menyala-nyala. Para jin itu membuat untuk Sulaiman apa yang dikehendakinya dari gedung-gedung yang tinggi dan patung-patung dan piring-piring yang (besarnya) seperti kolam dan periuk yang tetap (berada di atas tungku)." (QS. Saba': 12)

Nabi Sulaiman yang bijaksana adalah penguasa yang tak tertanding di muka bumi. Meskipun memperoleh nikmat-nikmat yang khusus dan agung ini yang Allah SWT anugerahkan kepada Sulaiman, beliau tetap menunjukkan sebagai manusia yang paling banyak berzikir kepadaNya dan manusia yang paling banyak bersyukur di zamannya.

Allah SWT berfirman tentang Sulaiman:

"(Sulaiman) sebaik-baik hamba. Sesungguhnya dia amat taat (kepada Tuhannya)." (QS. Shad: 30)

Al-Aubah ialah kembali kepada Allah SWT melalui solat, puasa, tasbih, menangis, istighfar, dan mengungkapkan rasa cinta yang dalam. Hamba yang kembali adalah hamba yang menuju Allah SWT. Waktu solat bagi Sulaiman adalah waktu yang sangat penting sehingga ketika datang waktu itu, maka beliau tidak akan disibukkan dengan hal yang lain. Pada suatu hari, beliau nyaris kehilangan waktu solat. Tentu hal ini di luar kehendaknya. Pada saat itu, beliau sibuk mengurus persoalan yang penting, yaitu menyiapkan tentera untuk perang. Saat itu bertepatan dengan waktu Asar. Sulaiman masih menyiapkan kuda tentera-tenteranya. Kuda pada waktu itu menjadi senjata yang penting di tengah-tengah pasukannya. Sulaiman melintasi di depan kuda dan memeriksanya sehingga beliau nyaris kehilangan waktu solat Asar.

Sulaiman sujud kepada Allah SWT kemudian ia solat. Ia meminta agar kuda itu dikembalikan kepadanya. Ketika kuda datang, ia mengusap lehernya dan kakinya dengan tangannya lalu ia meminta ampun kepada Allah SWT kerana ia sibuk menyiapkan pasukan untuk berjihad sehingga nyaris kehilangan waktu solat. Sejak peristiwa itu, Sulaiman merasa tidak lagi memerlukan kuda di tengah-tengah pasukannya. Lalu Allah SWT menggantikannya dengan angin yang mampu membawa tenteranya ke mana pun ia pergi. 

Allah SWT berfirman:

"Dan Kami kurniakan kepada Daud, Sulaiman, dia adalah sebaik-baik hamba. Sesungguhnya dia amat taat (kepada Tuhannya). (Ingatlah) ketika dipertunjukkan kepadanya kuda-kuda yang tenang di waktu berhenti dan cepat waktu berlari pada waktu sore. maka ia berkata: 'Sesungguhnya aku menyukai kesenangan terhadap barang yang baik (kuda) sehingga aku lalai mengingat Tuhanku sampai kuda itu hilang dari pandangan.' Bawalah semua kuda itu kembali kepadaku.' Lalu ia potong kaki dan leher kuda itu." (QS. Shad: 30-33)

Sulaiman mengetahui penyakit kuda dan ia mampu berbicara dengan bahasa kuda, bahkan kuda itu pun mentaati perintah Nabi Sulaiman. Allah SWT juga memberikan kenikmatan lain atas Sulaiman dan Allah SWT berfirman:

"Dan Kami alirkan cairan tembaga baginya." (QS. Saba': 12)

Al-Kithir adalah tembaga yang dicairkan. Sebagaimana Allah SWT memberikan nikmat atas ayahnya Daud di mana ia mampu melunakkan besi dan Allah SWT mengajarinya bagaimana cara mencairkannya, maka Sulaiman pun memanfaatkan tembaga yang cair itu untuk peperangan dan di saat perdamaian. Pada saat peperangan beliau mencampur tembaga dengan besi dan membuat darinya perunggu. Mereka menggunakan senjata-senjata perunggu dalam peperangan, seperti pedang, baju besi dan pisau. Senjata-senjata ini adalah senjata yang paling kuat di saat itu. Sedangkan di saat perdamaian, tembaga digunakan untuk membuat bangunan, patung, dan sebagainya. Meskipun Nabi Sulaiman mendapatkan nikmat yang besar ini dan kurnia yang khusus, Allah SWT telah mengujinya dengan suatu ujian. Ujian akan selalu datang pada seorang hamba. Ketika hamba itu mendapat kedudukan besar, maka ujiannya pun menjadi besar. Allah SWT menguji Sulaiman dengan penyakit.

Allah SWT berfirman:

"Dan sesungguhnya Kami telah menguji Sulaiman dan Kami jadikan (dia) tergeletak di atas kerusinya sebagai tubuh (yang lemah kerana sakit), kemudian ia bertaubat. Ia berkata: 'Ya Tuhanku, ampunilah aku anugerahkanlah kerajaan yang tidak dimiliki oleh seseorang pun sesudahku, sesungguhnya Engkaulah Yang Maha Pemberi. Kemudian Kami tundukkan kepadanya angin yang berhembus dengan baik menurut ke mana saja yang ia kehendakinya, dan (Kami tundukkan pula kepadanya) syaitan-syaitan semuanya ahli bangunan dan penyelam. " (QS. Shad: 34-37)

Para ahli tafsir berbeza pendapat tentang fitnah atau ujian yang dialami oleh Nabi Sulaiman. Barangkali riwayat yang paling terkenal dalam hal ini adalah riwayat yang paling penuh dengan kebohongan. Dikatakan bahawa Sulaiman bertekad untuk menggiliri isteri-isterinya yang berjumlah tujuh ratus pada satu malam saja untuk melakukan hubungan intim dengan mereka, sehingga para wanita itu akan melahirkan seorang anak yang dapat berperang di jalan Allah SWT. Sulaiman tidak mengucapkan insyaAllah lalu ia menggiliri isteri-isterinya dan tidak ada seorang pun yang melahirkan kecuali seorang wanita yang melahirkan anak yang buruk rupa.

Kisah tersebut berbeza atau bercanggah dari permulaannya dan pengakhirnya. Tentu kisah itu berasal dari cerita khurafat yang direka oleh orang-orang Yahudi atau termasuk dari israiliyat. Hakikat ujian yang dialami Nabi Sulaiman adalah apa yang disebutkan oleh Fakhrur Razi: "Sulaiman diuji dengan suatu penyakit yang keras di mana para tabib ketika itu tidak mampu mengatasinya. Sakitnya Sulaiman sangat keras sehingga para tabib dari kalangan manusia dan jin pun tidak mampu menghilangkan penyakitnya. Lalu burung-burung menghadirkan rumput- rumput yang dianggap sebagai ubat tetapi Sulaiman pun belum juga sembuh. Semakin hari penyakit Sulaiman semakin menjadi-jadi sehingga ketika Sulaiman duduk di atas kerusi ia duduk bagaikan tubuh tanpa roh, seakan-akan ia mati kerana kerasnya penyakit yang menimpanya. Sakit derita Sulaiman terus berlanjutan untuk beberapa ketika namun Sulaiman tidak berhenti berzikir kepada Allah SWT dan meminta kesembuhan kepadaNya serta beristighfar kepadaNya dan mengungkapkan rasa cintanya kepadaNya."

Selesailah ujian Allah s.w.t terhadap hamba-Nya, Sulaiman. Beliau pun sembuh. Kini Sulaiman merasakan kembali kesihatannya setelah ia mengetahui segala kejayaannya dan segala kekuasaannya serta segala kebesarannya tidak lagi mampu menghilangkan penyakit yang dideritanya kecuali jika Allah SWT menghendakinya. Inilah pendapat yang lebih tepat. Pendapat tersebut sesuai dengan kemaksuman Sulaiman sebagai Nabi yang bijaksana dan Nabi yang mulia:

"Dan sesungguhnya Kami telah menguji Sulaiman dan Kami jadikan (dia) tergeletak di atas kerusinya sebagai tubuh (yang lemah kerana sakit)" (QS. Shad: 34)

Derita sakit Sulaiman membuat dirinya seperti jasad yang tak bernyawa. Kata jasad dalam bahasa Arab diungkapkan atas sesuatu yang kehilangan kehidupan atau kesihatan. 

"Kemudian ia bertaubat." (QS. Shad: 34)

Lalu Nabi Sulaiman kembali sihat. Dia meminta pertolongan dengan rahmat Allah SWT lalu Allah SWT menyembuhkannya dan merahmatinya. Nabi Sulaiman telah membangunkan masjid atau tempat beribadah sehingga manusia menyembah Allah SWT di dalamnya. Rumah ini menunjukkan keagungan seni bina dan seni pahat. Orang-orang yang membangunkan rumah ini berjumlah puluhan ribu orang. Tentu setiap kelompok dari mereka memiliki pekerjaan masing-masing. Di antara mereka ada yang mencairkan tembaga; di antara mereka ada tukang pahat; ada yang membelah batu; ada yang memotong kayu; ada yang mendatangkan rumput-rumput dari Lebanon; ada yang mancairkan emas dan menjadikannya lempengan-lempengan yang mengkilat untuk menutupi kayu dan menutupi dinding.

Bahkan golongan jin juga membantu membangunankan rumah tersebut, tentu dengan perintah dan bimbingan Nabi Sulaiman. Mereka membuat patung- patung yang besar dan membuat bejana yang besar untuk tempat, makanan para tentera dan pekerja, iaitu bejana seperti gunung. Mereka juga membuat tempat-tempat minum yang besarnya seperti kolam. Sulaiman mengawasi para pekerjanya dan juga mengurus masyarakatnya di mana beliau mengenali masalah mereka dan berusaha menyelesaikannya. Beliau juga mengawasi pasukannya dari kalangan binatang dan burung. Beliau mengetahui apakah ada satu di antara mereka yang tidak hadir dan di mana ia pergi serta mengapa ia pergi.

Nabi Sulaiman bukan hanya mengetahui masalah tenteranya dari kalangan manusia dan tenteranya dari kalangan burung, namun ia juga menunjukkan kasih sayangnya terhadap semut di mana beliau mendengar bisikannya dan tidak suka untuk memijaknya. Nabi Sulaiman selalu menundukkan kepalanya ke bumi sebagai bentuk rasa rendah diri dan syukur kepada Allah SWT. Pada suatu hari ia berjalan di depan tenteranya dan tiba-tiba ia mendengar suara semut yang berkata kepada temannya dari kalangan semut:

"Hingga apabila mereka sampai di lembah semut berkatalah seekor semut: 'Hai semut-semut, masuklah ke dalam sarang-sarangmu agar kamu tidak terpijak oleh Sulaiman dan tenteranya, sedangkan mereka tidak menyedari';, maka dia tersenyum kerana (mendengar) perkataan semut itu. Dan dia berdoa: 'Ya Tuhanku, berilah aku ilham untuk tetap mensyukuri nikmat-Mu yang telah Engkau anugerahkan kepadaku dan kepada ke dua orang ibu dan bapakku dan untuk mengerjakan amal soleh yang Engkau redhai; dan masukkanlah aku dengan rahmat-Mu ke dalam golongan hamba-hamba-Mu yang soleh." (QS. an-Naml: 18-19)

Sulaiman mendengarkan pembicaraan semut itu lalu beliau tersenyum kerana mendengar pembicaraannya. Apa yang dibayangkan oleh semut kecil itu? Meskipun Sulaiman mendapatkan kekuasaan dan memiliki tentera yang besar, namun beliau menunjukkan kasih sayang terhadap semut. Beliau mendengar bisikannya dan melihat semut yang di depannya. Oleh kerana itu, tak mungkin baginya untuk memijaknya. Sulaiman bersyukur kepada Allah SWT yang telah memberinya nikmat ini, iaitu nikmat rahmat dan nikmat kasih sayang. Di samping itu, Sulaiman orang yang paling kaya di dunia di mana istananya terbuat dari kayu gaharu yang memiliki bau yang harum dan istananya terbuat dari emas dan kristal. Beliau juga memiliki kerusi besar yang dibuat dari emas dan permata. Istana Sulaiman merupakan istana yang paling besar di dunia. Sulaiman menggunakan pakaian dari emas dan permata. Meskipun demikian, Sulaiman tetap menunjukkan sebagai hamba yang berserah diri dan rendah diri kepada Allah SWT dan kepada manusia. Nabi Sulaiman yang merendahkan dirinya di hadapan Allah SWT dan dia selalu sujud pada Allah SWT sebagaimana ayahnya yang selalu bertasbih kepada Allah SWT. Sulaiman selalu melantunkan lagu-lagu cinta Ilahi dan hanya memuji Allah SWT.

Pada suatu hari, Nabi Sulaiman mengeluarkan perintahnya kepada pasukannya untuk bersiap-siap. Sulaiman keluar memeriksa pasukannya. Satu demi satu pasukannya ditelitinya. Kelompok yang pertama adalah kelompok manusia. Sulaiman memperhatikan persiapan mereka, lalu Sulaiman mengeluarkan perintah-perintahnya. Kemudian Sulaiman memeriksa kelompok jin dan menyampaikan perintah-perintahnya kepada mereka. Beliau memenjarakan jin yang tampak bermalas-malasan ketika bekerja. Lalu dia memeriksa binatang dan berkata kepada mereka, apakah mereka sudah makan dengan baik dan tidur dengan nyenyak, apakah ada yang mengadu kepadanya, misalnya kerana kurang penyediaan, makanan yang tidak sesuai, apakah di sana ada yang sakit, dan sebagainya. Ketika Sulaiman merasa puas dengan semuanya, Sulaiman memasuki tenda tempat berkumpulnya burung. Belum lama Sulaiman memasuki tenda tersebut dan mengamati keadaan di sekitarnya sehingga dia mengetahui burung yang tidak hadir iaitu Hud-hud:

"Dan dia memeriksa burung-burung lalu berkata: 'Mengapa aku  tidak melihat hud-hud." (QS. an-Naml: 20)

Burung Hud-Hud. Juga menjadi burung kebangsaan negara Israel
 Arab:hud-hudLatin:upupaInggerishoopoe


http://ms.wikipedia.org/wiki/Burung_hud-hud

Burung-burung yang lain tampak terdiam sebagai penghormatan dan akan mendengarkan apa yang akan dikatakan pemimpin mereka Sulaiman. Beliau mengarahkan pandangannya pada semua burung dan tidak menemukan Hud-hud di antara mereka. Tak seekor burung pun yang mengetahui keberadaannya. Sulaiman mulai menampakkan kemarahannya:

"Apakah dia termasuk yang tidak hadir?" (QS. an-Naml: 20)

Tiba-tiba seekor burung kecil memberanikan diri untuk berkata kepada Sulaiman: "Wahai Nabi yang mulia, seharusnya hud-hud ada bersamaku semalam untuk melaksanakan tugas penyelidikan. Ia adalah pemimpin tugas itu namun hud-hud belum datang. Oleh kerana itu, aku tidak pergi bersamanya." Burung itu tampak gementar ketakutan. Sulaiman mengetahui bahawa hud-hud tidak hadir, dan tak seorang pun mengetahui kepergiannya. Hud-hud pergi tanpa terlebih dahulu meminta izin kepada Sulaiman dan tidak memberitahu di mana keberadaannya. Dalam keadaan marah, Sulaiman berkata:

"Sungguh aku benar-benar akan mengazabnya dengan azab yang keras, atau benar-benar menyembelihnya kecuali jika ia benar-benar datang kepadaku dengan alasan yang jelas." (QS. an-Naml: 21)

Kawanan burung mengetahui bahawa Sulaiman sedang marah dan telah menetapkan untuk menyeksa hud-hud atau menyembelihnya atau justeru memaafkannya dengan syarat, ia datang dengan membawa alasan yang dapat menyelamatkannya. Atau dengan kata lain, hud-hud dapat memastikan bahawa ia melaksanakan tugas yang penting. Sulaiman menunjukkan kemarahan yang besar sehingga siapa pun akan merasa takut. Ketika Sulaiman marah - meskipun beliau terkenal dengan kasih sayangnya - maka kemarahannya kerana membela kebenaran, kemudian beliau dapat melaksanakan ancamannya dengan cara yang mudah. Seekor burung tampak gementar ketakutan melihat kemarahan Sulaiman, lalu beliau menghulurkan tangannya ke burung itu dan memegang-megang kepalanya sehingga burung itu pun merasa tenang dan rasa takutnya hilang.

Sulaiman pergi dari tenda burung itu dan menuju istananya. Sulaiman masih memikirkan keadaan hud-hud. Seharusnya hud-hud menjadi bahagian penting untuk tugas perisikan. Apakah ia pergi untuk menyingkap sesuatu, atau apakah ia pergi hanya untuk bermain-main? Sulaiman telah memperhatikan dan mengetahui bahawa hud-hud adalah seekor burung yang cerdik dan juga fasih berbicara. Terkadang Sulaiman mendapati hud-hud sedang bermain-main dan menunda pekerjaannya. 

Akhirnya, tidak lama setelah kepergiannya, hud-hud tiba di tenda burung. Burung-burung yang lain berkata kepadanya: "Pergilah engkau ke tempat tuan kita Sulaiman. Jika ia mengetahui bahawa engkau telah sampai, maka jiwamu benar-benar terancam." Hud-hud terbang dan menemui Sulaiman. Pada waktu itu beliau sedang duduk sambil makan. Hud-hud berdiri dan telah menetapkan untuk memulai pembicaraan dengan Sulaiman sebelum beliau bertanya kepadanya ke mana dia pergi. Ini sebagai bukti bahawa ia melaksanakan tugas penting. Hud-hud berkata:

"Maka tidak lama kemudian (datanglah hud-hud), lalu ia berkata: Aku telah mengetahui sesuatu yang kamu belum mengetahuinya; dan kubawa kepadamu dari negeri Saba' suatu berita penting yang diyakini." (QS. an-Naml: 22)


Aku adalah hud-hud yang miskin, tetapi aku mengetahui apa yang tidak engkau ketahui, dan aku telah datang kepadamu dari kerajaan Saba' dengan membawa berita yang sangat penting. Sulaiman tampak terdiam dan menunggu hud-hud menyelesaikan pembicaraannya:

"Sesungguhnya aku menjumpai seorang wanita yang memerintah mereka, dan dia dianugerahi segala sesuatu serta mempunyai singgahsana yang besar. Aku mendapati dia dan kaumnya menyembah matahari, selain Allah; dan syaitan telah menjadikan mereka memandang indah perbuatan-perbuatan mereka lalu menghalangi mereka dari jalan (Allah), sehingga mereka tidak dapat petunjuk." (QS. an-Naml: 23-24)

Gambar Hiasan

Hud-hud diam sejenak dan Sulaiman merasa bahawa hud-hud menunjukkan kefasihan lisannya dan berbicara dengan baik kepadanya. Hud-hud mengemukakan perkataan yang sering disampaikan Sulaiman kepada manusia dan burung:

"Agar mereka tidak menyembah Allah Yang mengeluarkan apa yang terpendam di langit dan di bumi dan yang mengetahui apa yang kamu sembunyikan dan apa yang kamu nyatakan. Allah, tiada Tuhan (yang berhak disembah) kecuali Dia, Tuhan yang mempunyai Arasy yang besar." (QS. an-Naml: 25-26)

Jelas sekali bahawa hud-hud mengulangi perkataan Sulaiman, sebagai usaha terakhir untuk memperoleh kasih sayang Sulaiman dan agar beliau puas hati dengan penjelasannya itu. Sulaiman berkata sambil menunjukkan senyuman manis di wajahnya:

"Akan kami lihat, apa kamu benar, ataukah kamu termasuk orang- orang yang berdusta." (QS. an-Naml: 27)

Hud-hud ingin mengatakan, aku tidak bohong wahai Nabi yang mulia namun diamnya Sulaiman membuatnya berasa takut, sehingga ia pun terdiam. Sulaiman terdiam kerana berfikir, lalu ia memutuskan sesuatu. Setelah itu, beliau mengangkat kepalanya dan meminta secarik kertas dan mata pena. Sulaiman segera menulis surat singkat dan menyerahkannya kepada hud- hud serta memerintahkannya:

"Pergilah dengan (membawa) suratku ini, lalu jatuhkanlah kepada mereka, kemudian berpalinglah dari mereka, lalu perhatikanlah apa yang mereka bicarakan." (QS. an-Naml: 28)

Al-Quran al-Karim hanya menceritakan dalam surah an-Naml bagaimana perginya hud-hud dan bagaimana ia menyerahkan surat itu. Lalu, Al- Quran langsung menyebut keadaan kerajaan Balqis yang saat itu ia sedang membaca surat tersebut di depan para pembesar kerajaannya dan para menterinya:

"Berkata ia (Balqis): 'Hai pembesar-pembesar, sesungguhnya telah dijatuhkan kepadaku sebuah surat yang mulia. Sesungguhnya surat itu, dari Sulaiman dan sesungguhnya (isi)nya: 'Dengan menyebut nama Allah Yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang. bahawa janganlah kamu berlaku sombong terhadapku dan datanglah kepadaku sebagai orang-orang yang berserah diri.'" (QS. an-Naml: 29- 31)

Dalam surat Sulaiman itu disebutkan, hendaklah mereka menyerahkan diri dan tunduk kepada perintahnya. Sulaiman memerintahkan agar mereka meninggalkan penyembahan terhadap matahari. Sulaiman tidak mempersoalkan akidah mereka dan tidak memuaskan mereka dengan apa pun. Sulaiman hanya memerintahkan bahawa ia berada di atas kebenaran. Bukankah dia didukung kekuatan yang berlandaskan keyakinan yang dimilikinya Sulaiman hanya memerintahkan mereka agar tunduk dan patuh kepadanya. Ratu Saba' menyampaikan surat tersebut di tengah- tengah kaumnya:

"Berkata dia (Balqis): 'Hai putera para pembesar, berilah aku pertimbangan dalam urusanku (ini) aku tidak pernah memutuskan sesuatu persoalan sebelum kamu berada dalam majlis(ku).'" (QS. an- Naml: 32)
Gambar Hiasan

Sementara itu, reaksi para pembesar istana adalah menentang surat tersebut. Isi surat itu membangkitkan rasa bongkak kaum Saba' di mana mereka merasa lebih kuat. Mereka mengetahui bahawa di sana ada orang yang mencuba menentang mereka dan mengisyaratkan perang kepada mereka, lalu dia meminta kepada mereka untuk memenuhi syarat- syaratnya sebelum terjadinya peperangan dan kekalahan:

"Mereka menjawab: 'Kita adalah orang-orang yang memiliki kekuatan dan (juga) memiliki keberanian yang sangat (dalam peperangan), dan keputusan berada di tanganmu;, maka pertimbangkanlah apa yang akan kamu perintahkan." (QS. an-Naml: 33)

Para pembesar kaumnya ingin berkata, kita siap untuk melaksanakan peperangan. Tampaknya ratu itu memiliki kebijaksanaan yang lebih baik daripada pembesar kaumnya. Surat Sulaiman itu membuatnya berfikir lebih jernih dan lebih hati-hati. Ia berusaha seboleh mungkin menghindari peperangan. Ratu itu berfikir dalam tempoh yang lama. Nama Sulaiman tidak diketahuinya dan ia pun belum pernah mendengarnya. Oleh kerana itu, ratu tidak mengetahui kekuatannya. Boleh jadi Sulaiman memiliki kekuatan yang dahsyat sehingga ia mampu memerangi kekuasaannya dan mengalahkannya. Kemudian ratu memperhatikan apa yang ada di sekelilinginya. Ia melihat kemajuan masyarakatnya dan kekayaannya. Barangkali ia mengira bahawa Sulaiman iri terhadap kemajuan dan kekayaan ini sehingga Sulaiman ingin menyerangnya. Setelah mempertimbangkan isi surat Sulaiman dengan cermat, ratu Saba' memilih untuk tidak bersikap ceroboh. Ratu lebih suka untuk menggunakan bahasa kelembutan. Ia mengirim kepada Sulaiman suatu hadiah yang besar. Ratu Sba' itu mengira bahawa Sulaiman seorang yang bercita-cita tinggi yang boleh jadi ia telah mendengar tentang kekayaan kerajaannya.

Para utusan pergi dengan membawa hadiah dari ratu Saba'. Ratu berharap agar mereka dapat memasuki kerajaan Sulaiman dan akan mengetahui keadaan kerajaannya. Saat mereka pulang, ratu ingin mendengar secara langsung dari mereka tentang keadaan kaum Sulaiman dan pasukannya. Setelah mendapatkan maklumat yang cukup, maka si ratu dapat membuat sesuatu keputusan yang tepat. Ratu menyembunyikan apa yang terlintas dalam dirinya lalu ia berbicara kepada pembesar istananya bahawa dia dapat menyingkap niat jahat raja Sulaiman melalui cara mengirim hadiah kepadanya. Ratu lebih memilih cara tersebut dan menunggu reaksi Sulaiman. Ratu berhasil memuaskan para pembesar istananya, dan untuk sementara dia menghilangkan keinginan berperang dari para pembesarnya, kerana para raja jika menyerang suatu desa, maka pemimpin desa tersebut adalah orang yang paling banyak mendapatkan kehinaan dan cercaan. Akhirnya, para pembesar kaumnya merasa puasa dengan fikirannya itu. 

Allah SWT berfirman:

"Dia berkata: 'Sesungguhnya raja-raja apabila memasuki suatu negeri, nescaya mereka membinasakannya, dan menjadikan penduduknya yang mulia jadi hina; dan demikian pulalah yang akan mereka perbuat. Dan sesungguhnya aku akan mengirim utusan kepada mereka dengan (membawa) hadiah, dan (aku akan) menunggu apa yang akan dibawa kembali oleh utusan-utusan itu.'" (QS. an-Naml: 34- 35)

Misteri Teleportasi Kuantum Nabi Sulaiman
Gambar Hiasan

Kemudian sampailah hadiah ratu Balqis ke Nabi Sulaiman. Para badan perisikannya memberitahunya bahawa para utusan Balqis datang dengan membawa hadiah. Sulaiman langsung mengetahui bahawa ratu itu sengaja mengirim orang-orangnya untuk mengetahui atau mendapatkan maklumat tentang kekuatannya, lalu setelah itu, ia mengambil keputusan atau sikapnya kepada Sulaiman. Sulaiman segera memanggil semua pasukannya untuk berkumpul.

Utusan Balqis segera memasuki istana Sulaiman yang dipenuhi dengan pasukan besar yang bersenjata. Tiba-tiba, utusan Balqis tampak tercengang ketika melihat kekayaan mereka dan harta mereka tidak ada apa-apanya dibandingkan dengan kerajaan Sulaiman. Hadiah mereka tampak tidak bererti. Emas yang mereka bawa nampak tidak bererti saat mereka memasuki istana Sulaiman yang terbuat dari kayu-kayu pohon gaharu yang mengeluarkan bau yang harum serta dihiasi dengan emas. Para utusan Balqis berdiri bersama Sulaiman dan menyaksikan bagaimana Sulaiman mengendalikan pasukannya. Kemudian mereka mulai berfikir tentang kekuatan dan kebesaran pasukan Sulaiman. Betapa terkejutnya mereka ketika melihat di tengah-tengah pasukan itu terdapat singa, burung dan tentera dari kalangan manusia yang mampu terbang. Mereka pun sedar bahawa ketika itu mereka di hadapan pasukan yang tiada taranya.

Selesailah demonstrasi pasukan Sulaiman. Kemudian para utusan ratu dipersilakan maju ke tempat hidangan makan. Para utusan itu sangat terkejut ketika melihat berbagai macam, makanan dari penjuru bumi ada di depannya, dan di antara, makanan itu pun terdapat makanan yang biasa ditemukan di negeri mereka, tetapi mereka melihat bahawa, makanan itu memiliki rasa yang istimewa. Selain itu, piring-piring yang ada di depan mereka dan dijadikan tempat makanan terbuat dari emas dan mereka dilayani oleh kalangan lelaki yang berhias dengan emas, ratu mereka pun tidak mengenakan hiasan itu. Di meja makan itu terdapat burung, ikan laut dan berbagai macam daging yang mereka tidak mampu lagi membezakannya. Sulaiman tidak makan bersama mereka tetapi beliau makan dengan menggunakan piring yang terbuat dari kayu. Beliau memakan roti yang kering yang dicampur dengan minyak. Inilah makanan yang dipilihnya.

Sulaiman, makan bersama mereka dalam keadaan diam. Mereka merasa bahawa kehadiran Sulaiman menciptakan suatu kewibawaan yang luar biasa. Selesailah jamuan makan itu, lalu dengan sangat malu, mereka menyerahkan hadiah ratu Balqis kepada Sulaiman. Hadiah itu berupa emas. Bagi mereka, hadiah itu sangat bernilai tetapi di sini hadiah ini tampak kecil di hadapan kekayaan yang sangat mengagumkan. Sulaiman memperhatikan hadiah ratu itu dan berkata:

"Maka tatkala utusan itu sampai kepada Sulaiman, Sulaiman berkata: 'Apakah (patut) kamu menolong aku dengan harta?, maka apa yang diberikan Allah kepadaku lebih baik daripada apa yang diberikan-Nya kepadamu; tetapi kamu merasa bangga dengan hadiahmu. (QS. an- Naml: 36)

Raja Sulaiman menyingkap dengan kata-katanya yang singkat itu - penolakannya terhadap hadiah mereka. Ia memberitahu utusan itu bahawa ia tidak menerima hadiah tersebut. Ia tidak merasa puas dengan hadiah itu. Yang membuatnya puas hanya: "Janganlah kamu berlaku sombong terhadapku dan datanglah kepadaku sebagai orang-orang yang berserah diri. "

Lalu Sulaiman kembali berkata :

"Kembalilah kepada mereka. Sungguh kami akan mendatangi mereka dengan bala tentera yang mereka tidak kuasa melawannya, dan pasti kami akan mengusir mereka dari negeri itu (Saba') dengan terhina dan mereka menjadi (tawanan-tawanan) yang hina dina." (QS. an- Naml: 37)

Sulaiman meninggalkan para utusan ratu itu setelah terlebih dahulu mengancam mereka. Para utusan itu mengharap agar Sulaiman mahu menunggu kunjungan ratu Balqis sendiri yang akan membawa misi perdamaian. Akhirnya, sampailah para utusan Balqis ke Saba' mereka segera menuju istana ratu. Mereka memberitahu bahawa negeri mereka kini berada di hujung tanduk. Mereka menceritakan kepada ratu kekuatan Sulaiman, dan tidak mungkin bagi mereka mampu melawannya. Mereka meyakinkan Balqis bahawa ia harus mengunjunginya dan melihat sendiri. Kemudian ratu menyiapkan dirinya untuk pergi menuju kerajaan Sulaiman. Sulaiman duduk di kerusi kerajaan di tengah-tengah para pembesarnya dan para menterinya serta para ketua pasukan tenteranya. 

Dengan kurnia dan nikmat yang dimilikinya, Sulaiman ingin membuat kejutan agar ratu mengetahui bahawa Islam yang diyakini oleh Sulaiman adalah satu-satunya yang mampu mendatangkan kemajuan dan kekuatan yang hakiki, sehingga ia dapat membandingkan antara keyakinannya dalam menyembah matahari berserta kemajuan yang dicapainya dan keyakinan Sulaiman juga berserta kemajuan yang diraihnya.

Para perisik Sulaiman telah memberitahunya bahawa hal yang sangat disegani dan dikagumi oleh kaum Balqis adalah kerajaan Saba', iaitu singgahsana ratu Balqis. Singgahsana itu terbuat dari emas dan batu mulia; singgahsana tersebut dijaga oleh para penjaga yang sangat disiplin di mana mereka tidak pernah lalai sedikit pun. Oleh kerana itu, sangat tepat bila Sulaiman menghadirkan singgahsana di sini, di kerajaannya sehingga ketika ratu tiba, maka ia dapat duduk di atasnya. Sulaiman ingin membuat kejutan kepadanya dan menunjukkan bahawa kemampuannya tersebut yang berlandaskan pada keislamannya. Sulaiman melakukan yang demikian itu dengan harapan agar si ratu tunduk kepadanya. Ilham ini terlintas dalam diri Sulaiman, lalu dia mengangkat kepalanya dan menoleh kepada anak buahnya:

"Berkata Sulaiman: 'Hai pembesar-pembesar, siapakah di antara kamu sekalian yang sanggup membawa singgahsananya kepadaku sebelum mereka datang kepadaku sebagai orang-orang yang berserah diri.'" (QS. an-Naml: 38)

Perhatikanlah ungkapan fikiran Nabi Sulaiman tersebut. Semua pemikirannya berkisar tentang keislaman, para penyembah matahari; tentang bagaimana beliau dapat memberikan petunjuk kepada mereka di jalan Allah SWT. Yang pertama menjawab pertanyaan Sulaiman itu adalah Ifrit dari kalangan jin yang Allah SWT telah menundukkan mereka kepada Sulaiman:

"Berkata Ifrit (yang cerdik) dari golongan jin: 'Aku akan datang kepadamu dengan membawa singgahsana itu kepadamu sebelum kamu berdiri dari tempat dudukmu; sesungguhnya aku benar-benar kuat untuk membawanya lagi dapat dipercayai.'" (QS. an-Naml: 39)

Sulaiman berdiri dari tempat duduknya setelah satu jam atau dua jam, namun jin itu berjanji kepadanya untuk menghadirkan singgahsana Balqis sebelum itu. Istana Sulaiman di Palestin sedangkan istana Balqis terletak di Yaman. Jarak antara singgahsana tersebut dan singgahsana Sulaiman lebih dari ribuan juta. Barangkali pesawat yang cepat sekali pun yang kita kenal hari ini tidak akan mampu membawa dan mendatangkan istana itu dalam waktu satu jam. Tetapi masalahnya di sini berkait dengan kekuatan jin yang ghaib.

Sulaiman tidak membalas sedikit pun terhadap apa yang dikatakan oleh Ifrit dari kalangan jin. Sepertinya dia menunggu pendapat lain yang mampu menghadirkan singgahsana Balqis yang lebih cepat dari itu. Sulaiman menoleh kepada seseorang di sana yang duduk di atas naungan:

"Berkatalah seorang yang mempunyai ilmu dari al-Kitab: 'Aku akan membawa singgahsana itu kepadamu sebelum matamu berkedip.', maka tatkala Sulaiman melihat singgahsana itu terletak di hadapannya, ia pun berkata: 'Ini termasuk kurnia Tuhanku untuk mencuba aku, apakah aku bersyukur atau mengingkari (akan nikmat- Nya). Dan barang siapa yang bersyukur, maka sesungguhnya dia bersyukur untuk (kebaikan) diriku sendiri dan barang siapa yang ingkar, maka sesungguhnya Tuhanku Maha Kaya lagi Maha Mulia." (QS. an-Naml: 40)

Belum lama seseorang yang mempunyai ilmu dari al-Kitab menyatakan kalimatnya sehingga singgahsana itu bercokol di depan Sulaiman. Ia mampu menghadirkan singgahsana itu lebih cepat atau lebih sedikit dari kedipan mata ketika mata itu tertutup dan terbuka. Al-Quran al-Karim tidak menyingkap keperibadian seseorang yang menghadirkan singgahsana itu. Al-Quran hanya menggariskan bahawa orang itu mempunyai ilmu dari al-Kitab. Al-Quran tidak menjelaskan kepada kita, apakah ia seorang malaikat atau manusia atau jin. Begitu juga Al-Quran al-Karim sepertinya menyembunyikan kitab yang dimaksud di mana darinya orang tersebut mempunyai kemampuan yang luar biasa ini. Al-Quran sengaja tidak menyingkap hakikat kitab yang dimaksud.

Kita sekarang berhadapan dengan mukjizat yang besar yang terjadi dan dilakukan seseorang yang duduk di tempat Sulaiman. Yang jelas, Allah SWT menunjukkan mukjizatNya, adapun rahsia di balik mukjizat ini, maka tak seorang pun yang mengetahuinya kecuali Allah SWT. Demikianlah, konteks Al-Quran menyebutkan kisah tersebut untuk menjelaskan kemampuan Nabi Sulaiman yang luar biasa, iaitu kemampuan yang menegaskan adanya seseorang alim ini di majlisnya. Termasuk tindakan fudhul jika orang bertanya siapa yang memiliki ilmu dari al-Kitab ini: apakah Jibril atau Ashif bin Barkhiya atau makhluk yang lain. Juga termasuk fudhul jika kita bertanya tentang al- Kitab ini: apakah orang yang mengetahui isinya menggunakan ismullah al- A 'dzham (nama Allah SWT yang agung) untuk menghadirkan singgahsana si ratu Balqis dari kerajaan Saba'.

Semua pembahasan masalah ini dianggap fudhul. Betapa tidak, Al-Quran sendiri tidak menerangkan hal itu sehingga rasa-rasanya kita tidak perlu membahas terlalu jauh. Singgahsana itu tampak di depan Sulaiman. Perhatikanlah tindakan Nabi Sulaiman setelah adanya mukjizat ini. Beliau tidak merasa kagum terhadap kemampuannya yang luar biasa; beliau tidak tercengang dengan kekuatannya; beliau mengembalikan keutamaan tersebut kepada Penguasa para penguasa (Allah SWT) dan bersyukur kepadaNya yang telah mengujinya dengan kekuasaan ini agar ia dapat membuktikan apakah dia bersyukur atau mengingkari. Setelah Sulaiman bersyukur kepada Penciptanya, ia mulai memperhatikan singgasana si ratu. Singgasana tersebut merupakan simbol pembangunan dan kemajuan tetapi tampaknya ia hanya sesuatu yang biasa dibandingkan dengan kekuasaan dan kebesaran ciptaan yang dibina oleh manusia dan jin di kalangan istana Sulaiman. Sulaiman memikirkan dalam tempoh yang lama singgasana Balqis kemudian beliau memerintahkan agar singgasana itu diperbaiki sehingga saat Balqis datang Sulaiman dapat mengujinya, apakah Balqis dapat mengenali singgahsananya atau tidak:

Dia berkata: 'Ubahlah baginya singgahsananya;, maka kita akan melihat apakah dia mengenal atau dia termasuk orang-orang yang tidak mengenalnya.'" (QS. an-Naml: 41)

Sulaiman memerintahkan agar dibangun istana yang akan digunakan untuk menyambut Balqis. Sulaiman memilih tempat di laut dan ia memerintahkan agar dibangun suatu istana di mana sebahagian besarnya terdiri dari air laut. Sulaiman memerintahkan agar tanah-tanah itu terbuat dari kaca yang tebal dan kuat sehingga orang yang berjalan di atas istana itu akan membayangkan bahawa di bawahnya ada ikan-ikan yang berwarna dan berenang dan ia melihat rumput-rumput laut yang bergerak.

Akhirnya, selesailah pembangunan istana itu, dan bersihnya kaca yang terbuat darinya tanah sehingga tampak di sana tidak ada kaca. Hud-hud memberitahu Sulaiman bahawa Balqis telah sampai dekat kerajaannya. Kemudian Balqis datang. Al-Quran tidak menyebutkan keadaan Sulaiman saat menyambut Balqis, namun Al-Quran menunjukkan dua sikap Balqis: pertama, bagaimana sikap Balqis ketika pertama kali melihat singgahsananya yang datang mendahuluinya, padahal ia telah meninggalkan pengawalnya untuk tetap setia menjaga singgasana itu; kedua keadaannya di depan tanah istana yang penuh dengan permata yang berenang di bawahnya ikan-ikan:

"Dan ketika Balqis datang, ditanyakanlah kepadanya: 'Serupa inikah singgahsanamu?' Dia menjawab: 'Seakan-akan singgasana ini singgahsanaku, kami telah diberi pengetahuan sebelumnya dan kami adalah orang-orang yang berserah diri.'" (QS. an-Naml: 42)


Ayat tersebut menggambarkan keadaan dialog antara Sulaiman dan Balqis. Balqis melihat singgahsananya dan ia tercengang saat mengetahui bahawa itu adalah singgahsananya, namun dia kemudian mulai ragu kerana melihat tidak sepenuhnya itu singgahsananya. Jika itu benar-benar singgahsananya, lalu bagaimana ia datang mendahuluinya dan bila bukan singgahsananya, maka bagaimana Sulaiman dapat meniru seteliti ini. Sulaiman berkata saat melihat Balqis mengamati singgahsananya: "Apakah ini singgahsanamu?" Setelah mengalami kebingungan sesaat Balqis menjawab: "Sepertinya benar." Sulaiman berkata: "Kami telah diberi ilmu sebelumnya dan kami sebagai orang- orang Muslim."

Melalui penyataannya itu, Sulaiman ingin mengisyaratkan kepada Balqis agar ia membandingkan antara keyakinannya berserta ilmu yang dicapainya dan keyakinan Sulaiman yang Muslim berserta pengetahuan yang diraihnya. Penyembahan terhadap matahari dan pencapaian ilmu yang dicapai oleh Balqis tampak tidak ada apa-apanya dibandingkan dengan ilmu Sulaiman dan keislamannya. Sulaiman telah mendahuluinya dalam bidang ilmu kerana keislamannya. kerana itu, sangat mudah baginya untuk mengungguli Balqis dalam ilmu-ilmu yang lain.

Demikianlah yang diisyaratkan pernyataan Sulaiman kepada Balqis. Ratu Saba' itu mengetahui bahawa ini adalah singgahsananya di mana singgasana itu datang lebih dahulu daripada dirinya. Beberapa bahagian dirinya telah diubah. Saat Balqis masih berjalan menuju tempat Sulaiman, ia berfikir: kemampuan apa yang dimiliki oleh Nabi Sulaiman? Balqis tercengang melihat apa yang disaksikannya yang merupakan buah dari keimanan Sulaiman dan hubungannya dengan Allah SWT. Sebagaimana Balqis tercengang ketika melihat kemajuannya dalam bidang pembangunan seni dan ilmu, maka ia lebih kagum lagi saat melihat hubungan yang kuat antara keislaman Sulaiman dan ilmunya serta kemajuannya:

"Dan apa yang disembahnya selama ini selain Allah, mencegahnya (untuk melahirkan keislamannya) kerana sesungguhnya dia terdahulu termasuk orang-orang yang kafir." (QS. an-Naml: 43)

Bergoncanglah dalam benak Balqis dengan ribuan hal. Dia melihat keyakinan kaumnya runtuh di hadapan Sulaiman; ia menyedari matahari yang disembahnya merupakan ciptaan Allah SWT di mana Dia menggerakkannya untuk hamba-hambaNya. Lalu berdetiklah kebenaran pada dirinya. Hatinya diterangi oleh cahaya baru yang tidak akan tenggelam seperti tenggelamnya matahari. Masa keislamannya hanya menunggu waktu. Balqis memilih waktu yang tepat untuk mengumumkan keislamannya. 

Allah SWT berfirman:

"Dikatakan kepadanya: 'Masuklah ke dalam istana.', maka tatkala dia melihat lantai istana itu, dikiranya kolam air yang besar, dan disingkapkannya kedua betisnya. Berkatalah Sulaiman: 'Sesungguhnya ia adalah istana licin yang terbuat dari kaca.' Berkatalah Balqis: 'Ya Tuhanku, sesungguhnya aku telah berbuat zalim terhadap diriku dan aku berserah diri bersama Sulaiman kepada Allah, Tuhan semesta alam.'" (QS. an-Naml: 44)

kredit gambar : http://www.egyptcivilization.net/English-2/Operations/news.htm

Dikatakan kepada Balqis masuklah ke dalam istana. Ketika ia masuk, maka ia tidak menyaksikan adanya kaca tetapi ia melihat air sehingga ia mengira akan menyentuh dengan air laut tersebut lalu ia menyingkap sedikit bajunya agar bajunya tidak basah. Sulaiman mengingatkannya - tanpa melihat - agar ia tidak khuatir terhadap pakaiannya kerana pakaiannya tidak akan basah, sebab di sana tidak ada air. Ia sekadar kaca yang halus yang sangat halus hingga ia tidak nampak. Pada kesempatan itulah Balqis mengumumkan keislamannya. Ia mengakui kezaliman dirinya dan ia menyatakan penyerahan diri kepada Sulaiman dan kepada Allah SWT, Tuhan alam semesta. Lalu kaumnya pun mengikutinya dan mereka memeluk Islam. Balqis menyedari ia berhadapan dengan penguasa yang terbesar di bumi dan salah satu Nabi Allah SWT yang mulia. Untuk pertama kalinya wajah Sulaiman nampak dihiasi dengan senyuman yang menunjukkan kepuasannya sejak Balqis mengunjunginya. Demikianlah, Sulaiman mewujudkan kejayaannya yang hakiki dan menyebarkan cahaya Islam di muka bumi.

Al-Quran tidak menyebutkan kisah Balqis setelah keislamannya. Para ahli tafsir mengatakan bahawa ia menikah dengan Sulaiman. Selain itu, ada yang mengatakan bahawa ia menikah dengan salah satu orang dekat Sulaiman. Ada juga yang mengatakan bahawa sebahagian raja Habsyah adalah keturunan dari buah perkahwinan ini. Kami tidak sependapat dengan semua itu kerana Al-Quran al-Karim tidak menyebutkan semua perincian tersebut. Oleh kerana itu, kami tidak merasa penting untuk menyelami sesuatu yang tidak diketahui oleh seseorang pun.

Sulaiman hidup di tengah-tengah kejayaan dan kemuliaan di muka bumi, kemudian Allah SWT menetapkan kematian baginya. Sebagaimana kehidupan Sulaiman berada di puncak kemuliaan dan kejayaan yang penuh dengan keajaiban yang luar biasa, maka kematiannya pun merupakan tanda-tanda kebesaran Allah SWT yang penuh dengan keajaiban. Demikianlah bahawa kematiannya sesuai dengan kehidupannya, sesuai dengan kejayaannya. Allah SWT berfirman tentang kematian Sulaiman:

"Maka tatkala Kami telah menetapkan kematian Sulaiman, tidak ada yang menunjukkan kepada mereka kematiannya itu kecuali rayap yang memakan tongkatnya. Maka tatkala ia telah tersungkur, tahulah jin bahawa kalau sekiranya mereka mengetahui yang ghaib tentulah mereka tidak akan tetap dalam seksa yang menghinakan. " (QS. Saba': 14)


Kemampuan Nabi Sulaiman untuk menundukkan jin dan memperkerjakan mereka serta hubungan mereka dengannya, semua ini menimbulkan fitnah di tengah-tengah manusia dalam hal tertentu, dan kematian Sulaiman merupakan batasan (jawapan) terhadap fitnah ini. Kami tidak mengetahui siapa yang memberitahu bahawa jin mengetahui hal yang ghaib, apakah itu syaitan yang terkutuk atau jin yang bodoh atau manusia yang tertipu. Kami tidak mengetahui siapa yang bertanggungjawab terhadap tersebarnya isu yang keliru ini. Yang kita ketahui adalah, bahawa hal tersebut tersebar dan mempengaruhi sebahagian manusia dan jin. Barangkali manusia berkata kepada diri mereka: Selama jin melakukan perbuatan yang luar biasa ini, maka apa gerangan yang menjadikan mereka tidak mengetahui hal yang ghaib itu.

Manusia itu lupa bahawa kunci keghaiban berada di tangan Allah SWT. Masalah ilmu ghaib tidak akan mampu dikuasai oleh jin, manusia, para nabi, dan semua makhluk. Hanya Dia yang mengetahuinya. Allah SWT telah merencanakan bahawa kematian Sulaiman pun bertujuan untuk menghancurkan pemikiran ini, iaitu pemikiran bahawa jin mengetahui hal yang ghaib. Jin bekerja untuk Nabi Sulaiman selama beliau hidup, dan tatkala beliau meninggal, maka tugas mereka menjadi bebas. Nabi Sulaiman meninggal tanpa diketahui oleh jin sehingga mereka tetap bekerja untuknya. Mereka tetap mengabdi kepada Sulaiman. Seandainya mereka mengetahui hal yang ghaib nescaya mereka tidak meneruskan pekerjaan mereka.

Pada suatu hari Sulaiman memasuki mihrabnya untuk i'tikaf, ibadah, dan solat. Tak seorang pun berani mengganggu khalwatnya di mihrabnya. Mihrab Sulaiman terletak di puncak gunung dan dindingnya terbuat dari permata. Pada suatu hari Sulaiman duduk bersandar pada tongkatnya dan ia tampak tenggelam dalam tafakur. Beliau berzikir kepada Allah SWT hingga rasa mengantuk menguasainya lalu setelah itu malaikat maut menemuinya di mihrabnya. Sulaiman pun meninggal. Beliau bersandar kepada tongkatnya. Jin melihatnya dan mengira bahawa beliau sedang solat sehingga mereka pun terus melanjutkan pekerjaannya.

Masjidil Aqsa yang sebenar

Berlalulah hari-hari yang panjang. Kemudian datanglah rayap, yaitu semut kecil yang memakan kayu. Haiwan itu pun mulai memakan tongkat Sulaiman. Rayap-rayap itu tampak lapar. Sebahagian dari tongkat Sulaiman dimakan beberapa hari oleh rayap-rayap itu. Ketika yang dimakannya semakin bertambah, maka tongkat itu pun menjadi reput dan jatuh dari tangan Sulaiman. Tubuh mulia itu kehilangan keseimbangan dan terhempas di bumi. Tatkala tubuh suci itu tersungkur, maka manusia segera menuju ke sana. Mereka menyedari dan mengetahui bahawa Nabi Sulaiman telah meninggal dalam waktu yang lama. Jin menyedari bahawa mereka tidak mengetahui hal yang ghaib dan manusia pun mengetahui hakikat ini. Seandainya jin mengetahui hal yang ghaib, nescaya ia tidak akan meneruskan seksa yang hina, mereka tidak akan bekerja.


Demikianlah Nabi Sulaiman meninggal dalam keadaan duduk dan solat di mihrabnya. Lalu berita itu tersebar bagaikan api di bumi. Manusia, burung, dan binatang buas menghantarkan jenazah Nabi Sulaiman. Sekawanan burung tampak sedih dan menangis. Semua makhluk bersedih. Akhirnya, tak seorang pun mengetahui bahasa burung di bumi. Telah wafat seseorang yang memahami pembicaraan burung. Burung- burung itu berkata: "Betapa beratnva kehidupan di tengah-tengah orang yang tidak mengetahui pembicaraan kita."

Makam Nabi Sulaiman di Al Karak, Jordan


No comments:

Post a Comment