Sunday, 31 May 2015
Saturday, 30 May 2015
Friday, 29 May 2015
Thursday, 28 May 2015
Wednesday, 27 May 2015
Tuesday, 26 May 2015
Monday, 25 May 2015
Sunday, 24 May 2015
Saturday, 23 May 2015
Friday, 22 May 2015
Thursday, 21 May 2015
Wednesday, 20 May 2015
Tuesday, 19 May 2015
Monday, 18 May 2015
Pertukaran Kiblat Di Dalam Taurat, Bible & Al Quran
Pasti ramai yang sudah tahu bahawa suatu waktu dahulu kiblat umat Islam adalah Masjidil Aqsa di Baitul Muqaddis. Allah سبحانه وتعالى telah mewahyukan kepada Nabi Muhammad supaya menukarkan arah kiblat ke Masjidil Haram (Baitullah Kaabah) di Makkah al-Mukaramah. Ini sedia dimaklumi oleh kaum Yahudi dan Nasrani kerana Makkah sudah tidak asing lagi dalam kitab Taurat dan Bible tetapi mereka tetap menfikannya.
Sekiranya orang-orang Yahudi dan Kristian itu merujuk kembali kitab yang diturunkan kepada mereka iaitu Taurat dan Bible, sudah tentu mereka tidak merasa hairan apabila orang-orang Islam menukar kiblat mereka dari Palestin ke Makkah.
Ana ingin berkongsi dengan antum nas-nas pertukaran kiblat Allah Azza Wa Jalla dari Jerusalem ke tempat lain dari kitab-kitab agama utama. Bukti-bukti tersebut telah dinyatakan dan terkandung di dalam kitab-kitab Taurat, Bible dan Al-Quran sendiri.
1. Dalam Kitab Taurat
Dalam kitab Taurat yang mereka sebut sebagai Paran, dinyatakan bahawa:
“The Lord came from Sinai and dawned from Seir and He shone from Paran.” (Deotranomy 33: 2)
Maksudnya: “Tuhan datang dari Sinai dan akan bersinar dari Seir dan Dia menyinar dari Paran.”
Paran adalah tempat tinggal Siti Hajar dan Ismail sebagaimana yang di sebut dalamGenesis ayat 21,
“He was living in the Desert of Paran, his mother got a wife for him, from Egypt.”
Maksudnya: “Dia tinggal di kawasan gurun Paran, ibunya mendapatkan seorang isteri untuk dia, dari Mesir.”
Masjid Qiblatain, Madinah yang mempunyai 2 kiblat |
http://id.wikipedia.org/wiki/Masjid_Qiblatain |
2. Dalam Kitab Bible
Bahkan Jesus sendiri yang menyebutnya di dalam kitab Bible:
(20)- “Our ancestors worshiped on this mountain, but you Jews claim that the place where we must worship is in Jerusalem.” (21)- “Woman,” Jesus replied, “believe me, a time is coming when you will worship the Father neither on this mountain nor in Jerusalem. (22)- You Samaritans worship what you do not know; we worship what we do know, for salvation is from the Jews. (23)- Yet a time is coming and has now come when the true worshipers will worship the Father in the Spirit and in truth, for they are the kind of worshipers the Father seeks. (24)- God is spirit, and his worshipers must worship in the Spirit and in truth.”[Bible New Testament John 4:20-24 – New International Version (NIV)]
Cuba lihat dan fahami maksud ayat di atas. Terutama ayat yang telah digariskan:
Pertama :- “Jews claim that the place where we must worship is in Jerusalem.”
Kedua :- “Believe me, a time is coming when you will worship the Father neither on this mountain nor in Jerusalem.”
Supaya lebih difahami, terjemahan berikut diambil dari Alkitab Indonesia;
(20) Nenek moyang kami menyembah di atas gunung ini, tetapi kamu katakan, bahwa Jerusalemlah tempat orang menyembah.
(21) Kata Yesus kepadanya: “Percayalah kepada-Ku, hai perempuan, saatnya akan tiba, bahwa kamu akan menyembah Bapa bukan di gunung ini dan bukan juga di Jerusalem.”
Persoalannya, dimanakah kiblat yang baru itu?
Bagi Islam, Kaabah merupakah kiblat yang dimaksudkan di dalam Bible kerana Injil asalnya merupakan kitab dari langit. Tetapi mungkin penganut Kristian masih lagi tercari-cari kiblat tersebut ataupun tidak mempedulikan ayat-ayat di atas dan menafikannya.
3. Kiblat Umat Islam Di Dalam Al-Quran
Peristiwa pertukaran kiblat dari Baitul Maqdis ke Kaabah ada diceritakan di dalam Bible. Ia adalah saat yang amat diharapkan berlaku dan sememangnya telah lamaditunggu-tunggu oleh Rasulullah.
Sebelum berlaku peristiwa ini, Baginda bangun pada setiap malam menghadapkan mukanya ke langit menunggu-nunggu wahyu daripada Allah سبحانه وتعالى.
Sehinggalah Allah سبحانه وتعالى mengabulkan permohonan Baginda ﷺ seperti yang dicatatkan di dalam Al-Quran:
Firman Allah سبحانه وتعالى:
قَدْ نَرَىٰ تَقَلُّبَ وَجْهِكَ فِى ٱلسَّمَآءِ ۖ فَلَنُوَلِّيَنَّكَ قِبْلَةًۭ تَرْضَىٰهَا ۚ فَوَلِّ وَجْهَكَ شَطْرَ ٱلْمَسْجِدِ ٱلْحَرَامِ ۚ وَحَيْثُ مَا كُنتُمْ فَوَلُّوا۟ وُجُوهَكُمْ شَطْرَهُۥ ۗ“Sering Kami melihat kamu (wahai Muhammad) berulang kali menadah ke langit, maka Kami benarkan kamu berpaling mengadap kiblat yang kamu sukai. Oleh itu halakan mukamu ke arah Masjidil Haram (tempat letaknya Kaabah); Dan di mana saja kamu berada, maka hadaplah mukamu ke arahnya.” (Surah Al-Baqarah: Ayat <144)
Walaupun mereka mengetahui bahawa bertukar kiblat ke Kaabah itu adalah perintah yang benar dari Tuhan mereka tetapi mereka tetap ingkar. Perbuatan mereka pasti akan menerima balasan. Allah سبحانه وتعالى menegaskan bahawa Dia sama sekali tidak akan lupa dengan sikap degil dan keengganan orang-orang Yahudi dan Kristian menerima kebenaran.
Allah سبحانه وتعالىberfirman lagi:
وَإِنَّ ٱلَّذِينَ أُوتُوا۟ ٱلْكِتَٰبَ لَيَعْلَمُونَ أَنَّهُ ٱلْحَقُّ مِن رَّبِّهِمْ ۗ وَمَا ٱللَّهُ بِغَٰفِلٍ عَمَّا يَعْمَلُونَ“Sesungghunya orang (Yahudi dan Nasrani) yang diberikan Al-Kitab (Taurat dan Injil), mereka mengetahui bahawa perkara (berkiblat ke Kaabah) itu adalah perintah yang benar daripada Tuhan mereka dan Allah tidak sekali-kali lalai akan apa yang mereka lakukan.”(Surah Al-Baqarah: Ayat <144)
والله أعلم بالصواب
Wallahu A’lam Bish Shawab
(Hanya Allah Maha Mengetahui apa yang benar)
*Sumber dari shafiqolbu.wordpress.com
Sunday, 17 May 2015
Saturday, 16 May 2015
Friday, 15 May 2015
Wednesday, 13 May 2015
Tuesday, 12 May 2015
Monday, 11 May 2015
Sunday, 10 May 2015
Saturday, 9 May 2015
Friday, 8 May 2015
Thursday, 7 May 2015
Wednesday, 6 May 2015
10 Perkara Yang Membatalkan Syahadah
Pintu masuk kepada Islam adalah aqidah. Kesalahan dalam memahami aqidah menyebabkan seseorang salah dalam memahami hakikat ajaran Islam. Adalah sebuah kekeliruan apabila masyarakat mencoba memahami Islam dari sudut-sudut selain aqidah, seperti melalui fiqah, tasawuf, ekonomi, atau politik, tanpa memahami aqidah terlebih dahulu.
Ketidakpahaman akan aqidah Islam yang benar, membuat orang-orang Islam melakukan hal-hal yang membatalkan ke Islaman mereka tanpa disadari. Tidak perlu heran dengan fenomena ini, karena masyarakat kita hanya tahu apa yang membatalkan wudhu, sholat, atau puasa. Sayangnya mereka tidak tahu apakah perkara yang membatalkan dua kalimah syahadah atau keislaman mereka. Mereka menganggap sekali mereka lahir dalam keaadaan Islam, dijamin syahadah mereka tidak akan batal seumur hidup.
Inilah penjajahan pemikiran yang diterima oleh masyarakat kita. Di sekolah, masjid, surau, guru-guru lebih menumpukan kepada fiqah, seperti batalnya solat, wudhu, atau puasa, sehingga mereka lupa mengajar murid-murid mereka ataupun orang ramai tentang perkara-perkara yang membatalkan Islam seseorang.
Padahal, salah satu syarat diterimanya amal solih adalah aqidah yang bersih, seperti yang dijabarkan di bawah ini:
- Hendaklah betul aqidahnya
- Ikhlas kepada Allah
- Menepati apa yang diajar oleh Rasulullah SAW.
Tidak artinya sholat, puasa, sedeqah kita, apabila kita masih sering pergi ke dukun, memakai susuk, menyimpan jimat, dan sebagainya.
10 Perkara Yang Membatalkan Keislaman Kita
- Syirik
- Perantara
- Enggan mengkafirkan
- Yakin yang lain
- Membenci Syariat
- Mempermainkan Islam
- Sihir
- Bantu kafir memusuhi Islam
- Mengecualikan dari Syariat
- Berpaling dari agama
1. Syirik
Mempersekutukan Allah dalam ibadah.
2. Perantara
Menjadikan sesuatu sebagai perantara di antara dirinya dengan Allah. Misalnya meminta doa dan syafaat serta berserah diri dan bertawakkal kepada perantara tersebut. Orang yang melakukan perkara tersebut, menurut kesepakatan para ulama adalah menjadi kafir.
“Kami tidak menyembah berhala, tetapi kami ingin menjadikan berhala itu mendekatkan kami kepada Allah.” Az-Zumar 39:3
Sebagian golongan dari ajaran yang sesat, menyembah para wali, misalnya Abdul Qadir al-Jailani, Wali Songo, dll. Walaupun wali-wali tersebut adalah orang baik-baik, penyembahnya telah menjadi syrik.
3. Enggan mengkafirkan
Tidak mengkafirkan orang musryik, atau ragu-ragu terhadap kekufuran mereka, atau membenarkan ajaran mereka. Sesiapa yang melakukan demikian maka dia menjadi kafir. Ini karena mereka telah dikafirkan oleh Allah SWT. Apabila ada orang yang enggan menyatakan mereka bersalah, seakan-akan menganggap perbuatan mereka betul, maka dia telah keluar dari Islam, karena telah membantah ataupun telah menyalahkan Allah dan Rasul.
Secara ringkasnya, orang yang telah jelas kafir, tetapi ada orang Muslim yang enggan mengatakannya, seperti “Saya tidak mau mengatakan orang Hindu kafir. Dia ada caranya sendiri. Kita mengakui semua agama.”
4. Yakin dengan yang lain
Berkeyakinan bahwa petunjuk selain daripada petunjuk Nabi SAW adalah lebih baik atau lebih sempurna.
Contohnya seperti golongan yang menganggap bahwa peraturan Islam ialah peraturan yang usang dan tidak sesuai di zaman modren. Ataupun menganggap Islam sebagai penyebab kemunduran kaum Muslimin.
Barang siapa yang melakukan demikian, beriqtigad demikian, atau mengucapkan hal demikian, maka dia telah membatalkan Islamnya, dan telah masuk ke daerah kufur.
5. Membenci syariat
Membenci sesuatu yang telah ditetapkan oleh Rasulullullah SAW sebagai syariat, walaupun dia mengamalkannya. Sesiapa yang melakukan demikian itu maka dia menjadi kufur.
Contohnya seperti seseorang yang membenci syariat solat, membenci puasa, membenci hukum-hakam yang telah ditunjukkan oleh Rasul, sehingga dia membenci apabila Rasulullah menyatakan: “Makanlah dengan tangan kanan,” umpamanya.
6. Mempermainkan Islam
Mempermainkan (membuat jadi bahan lelucon) Allah, atau kitab-Nya, atau Rasul-Nya, atau sesuatu dari ajaran agama. Sesiapa yang melakukan demikian maka dia menjadi kafir.
Contohnya seperti dia bermain-main dengan hukum-hakam Al’Quran, membuat lelucon hukum-hakam Rasul, meremehkan syariat, menjadikan dia BAHAN KETAWA atau BAHAN SINDIRAN. Maka di sisi Allah SWT dia menjadi kafir.
7. Sihir
Barang siapa yang mendatangi tukang sihir dan membenarkannya, maka dia telah keluar dari ajaran agama, dan menjadi kafir.
8. Membantu orang kafir memusuhi Islam
8. Membantu orang kafir memusuhi Islam
Perbuatan menolong golongan kafir untuk menyerang masyarakat Islam, atau memusuhi umat Islam, berpakat dengan golongan kuffar, adalah perbuatan murtad, atau riddah, yang menjadikan pelakunya murtad.
9. Mengecualikan diri dari syariat
Berkeyakinan bahwa seorang individu dibolehkan untuk tidak mengikuti syariat Nabi Muhammad SAW. Orang yang melakukan demikian menjadi kafir.
Ini seperti iqtiqad dan keyakinan sebahagian golongan yang menganggap bahwasanya guru mereka, atau syeikh mereka, ataupun orang- orang tertentu, tidak perlu mengikuti syariat, karena sudah sampai pada maqam tertentu. Seperti golongan sufi yang berlebihan, dan ajaran-ajaran sesat yang menganggap adanya manusia-manusia istimiwa yang mereka itu tidak memakai ilmu syariat, tetapi memakai ilmu hakikat, ma’rifat dan seumpamnya.
10.Berpaling dari agama
Yang kesepuluh, ialah berpaling daripada agama Allah, atau perkara yang menjadi syarat sah sebagai muslim, tanpa mempelajarinya dan tanpa melaksanakannya.
Diringkas dari buku:10 Perkara Batal Islam dan Apa Itu Syirik
oleh Dr. Mohd Asri Zainul Abidin – Mufti Kerjaan Negeri Perlis – Malaysia
oleh Dr. Mohd Asri Zainul Abidin – Mufti Kerjaan Negeri Perlis – Malaysia
Tuesday, 5 May 2015
Kisah Lapan Dirham Rasulullah
Rasulullah SAW, seorang yang sangat bersederhana dan zuhud pada dunia. Sekalipun sebagai pemimpin tertinggi, Rasulullah tidak pernah sama sekali mengambil kesempatan untuk hidup mewah, apatah lagi bermegah-megah dengan kekayaan hasil umat Islam. Kehidupan sehariannya hanya cukup-cukup makan dan jika tiada apa-apa, baginda lebih suka berpuasa.
Suatu hari, rezeki Rasulullah mendapat sebanyak lapan dirham. Dengan bekalan itu, baginda berniat untuk membeli pakaian dan peralatan rumahtangga. Dalam perjalanan ke pasar, Rasulullah terserempak dengan seorang wanita yang kelihatan sugul dan sedang menangis.
“Apakah wanita ini sedang ditimpa musibah sehingga dia menangis di jalanan begini?” Rasulullah bertanya sendiri.
Lantas sebagai pemimpin yang prihatin, Rasulullah bertanya dan wanita itu menjawab dengan linangan air mata.
“Aku ini seorang hamba suruhan. Aku baru saja kehilangan wang dua dirham milik majikanku. Aku bimbang sekali kalau-kalau majikanku akan memukulku kelak kerana cuai. Bagaimana ya Rasulullah?”
Tanpa berlengah lagi, Rasulullah terus mengeluarkan wang dua dirham dan memberikannya kepada wanita itu.
Dengan wang yang tinggal enam dirham, Rasulullah membeli sehelai gamis, pakaian kesukaannya. Baginda merasa gembira kerana setelah sekian lama, baru sekali ini baginda mendapat peluang menggantikan pakaiannya yang lama.
Baru beberapa langkah meninggalkan pasar, baginda terdengar pula teriakan seorang lelaki tua yang fakir.
“Wahai sekalian orang, sesiapa ikhlas memberiku sedekah pakaian, nescaya Allah akan mendandaninya kelak. “
Rasulullah berpatah balik. Benar, dilihatnya lelaki itu memakai pakaian yang nampak lusuh dan tidak berganti. Baginda merasa belas melihat lelaki itu dan melepaskan gamis baru yang dipakai. Dengan seikhlas hati, Rasulullah memberikan gamis barunya kepada peminta sedekah itu tanpa merasa rugi sedikit pun.
Begitulah Rasulullah, insan mulia yang tidak langsung memandang kesenangan dunia. Habislah wang lapan dirhamnya hanya dengan membantu orang lain dan mengorbankan keinginan diri sendiri.
Namun, perjalanan pulang Rasulullah membuatkan dia sekali lagi terserempak dengan wanita pertama yang dibantu tadi. Kali ini, wanita itu mengadu pula kerana takut majikan menghukumnya kerana pulang lewat.
Dengan senang hati, baginda menemankan hamba wanita itu pulang. Tiba di rumah yang dimaksudkan, Rasulullah memberikan salam.
Kedatangan Rasulullah disambut baik oleh majikan wanita itu walaupun dalam masa yang sama mereka merasa terkejut. Masakan Rasulullah sanggup menemankan pulang seorang hamba yang tidak setaraf dengan baginda?
Tetapi kemuliaan baginda sebagai pemimpin sangat jelas. Baginda bertanggungjawab terhadap kesusahan rakyatnya dan kerana itulah baginda bersabda,
“Jika wanita suruhan ini salah dan perlu dihukum, biarlah aku saja yang menerima hukuman.”
Mendengar kata-kata Rasulullah yang mulia itu, mereka terkesima dan merasa insaf. Dengan redha, mereka membalas,
“Wanita suruhan ini sudah merdeka kerana Allah.”
Berita itu disambut dengan penuh kesyukuran oleh Rasulullah dan juga wanita suruhan itu. Baginda bersabda,
“Tidaklah aku melihat lapan dirham yang begitu besar berkatnya, selain dari lapan dirham ini. Darinya Allah telah memberikan ketenteraman bagi orang yang sedang ketakutan, memberi pakaian orang yang memerlukan dan membebaskan seorang wanita suruhan.”
Monday, 4 May 2015
Saturday, 2 May 2015
Friday, 1 May 2015
Subscribe to:
Posts (Atom)