Sunday, 20 October 2013

Surat Nabi Muhammad SAW kepada Pembesar Negara yang lain




Di antara kaedah dakwah yang dilakukan oleh Nabi Muhammad s.a.w untuk menyebarkan Islam ialah dengan menghantar surat-surat kepada raja-raja dan pemerintah-pemerintah sesebuah negara.

Lewat tahun enam Hijrah, apabila kembali dari Hudaibiyah, Nabi Muhammad s.a.w memutuskan untuk menghantar mesej kepada raja-raja di luar Arab Saudi menyeru mereka kepada Islam. Dalam usaha untuk mengesahkan kelayakan kerasulan beliau, cop mohor perak telah dibuat di mana telah terukir kata-kata: "Muhammad Rasul Allah"  (Sahih Al-Bukhari 2 / 872, 873)

Surat-surat itu diterima baik oleh mereka kecuali Raja Parsi yang telah merobek-robek surat selepas membacanya.

Berikut adalah beberapa surat yang ditulis oleh Nabi Muhammad s.a.w kepada raja-raja dan pemerintah di luar Arab Saudi.


1 - Surat kepada Raja Najasyi @ Negus - Habsyah (Ethiopia)


Isi Surat
Dari Muhammad utusan Islam untuk An-Najasyi, penguasa Abyssinia (Habsyah / Ethiopia). Salam bagimu, sesungguhnya aku bersyukur kepada Allah yang tidak ada Tuhan melainkan Dia, Raja, Yang Maha Suci, Yang Maha Sejahtera, Yang Mengurniakan keamanan, Yang Maha Memelihara, dan aku bersaksi bahawa Isa putera Maryam adalah roh dari Allah yang diciptakan dengan kalimat Nya yang disampaikan Nya kepada Maryam yang terpilih, baik dan terpelihara. Maka dia hamil kemudian diciptakan Isa dengan tiupan roh dari-Nya sebagaimana diciptakan Adam dari tanah dengan tangan Nya. Sesungguhnya aku mengajakmu ke jalan Allah. Dan aku telah sampaikan dan menasihatimu maka terimalah nasihatku. Dan salam bagi yang mengikuti petunjuk. [Zaadul Ma'ad 3/61] 

Kisahnya


Ketika Rasulullah s.a.w menulis surat kepada Raja Najasyi yakni Ashhamah bin Al-Abjar dan menyerunya kepada Islam. Raja An-Najasyi mengambil surat itu,  lalu meletakkan ke wajahnya dan turun dari singgahsana. Beliau pun masuk Islam melalui Ja’far bin Abi Thalib r.a.

Beliau lalu mengirimkan surat kepada Rasulullah s.a.w dan menyebutkan tentang keislamannya.

Raja Najasyi akhirnya meninggal dunia pada bulan Rejab tahun ke-9 Hijriyyah. Rasulullah s.a.w memberitakan hal itu pada hari wafatnya lalu melakukan solat ghaib untuknya. Beliau juga mengkhabarkan bahawa Raja Najasyi kelak akan masuk syurga.




2 - Surat kepada Raja Al-Muqawqis @ Binyamin - Mesir (Egypt)


Isi surat

Dengan menyebut nama Allah Yang Maha Pemurah lagi Maha Penyayang. Dari Muhammad bin Abdullah utusan Allah, untuk al-Muqawqis penguasa Mesir yang agung. Salam bagi siapa yang mengikuti petunjuk. Selain dari pada itu, aku mengajakmu kepada panggilan Allah. Peluklah agama Islam maka kamu akan selamat dan Allah akan memberikan bagimu pahala dua kali. Jika kamu berpaling maka kamu akan menanggung dosa penduduk Mesir.

Kisahnya

Setelah al-Muqawqis membaca surat Nabi saw, dia membalas surat baginda dan memberi kepada baginda dua hadiah. Hadiah pertama berupa dua hamba belian bernama Mariah binti Syamu’n al-Qibthiyyah yang dimerdekakan Nabi s.a.w dan menjadi isteri beliau, darinya Rasulullah s.a.w mendapat seorang anak yang diberi nama Ibrahim (wafat semasih kecil), nama ini diambil dari nama moyang beliau Nabi Ibrahim a.s. Dan hamba kedua adiknya sendiri iaitu Sirin binti Syamu’n Al-Qibthiyyah. 

Hadiah kedua pula berupa kuda untuk tunggangan baginda.


3 - Surat kepada Raja Khosrau II @ Chosroes - Parsi (Persia)


Isi surat

Dengan menyebut nama Allah Yang Maha Pemurah lagi Maha Penyayang. Dari Muhammad utusan Allah untuk Khosrau, penguasa Persia yang agung. Salam bagi orang yang mengikuti petunjuk, beriman kepada Allah dan RasulNya, dan bagi orang yang bersaksi bahawa tidak ada Tuhan kecuali Allah, Esa, tidak ada sekutu bagi-Nya, dan bagi yang bersaksi bahawa Muhammad itu hamba Nya dan utusan Nya. Aku mengajakmu kepada panggilan Allah sesungguhnya aku adalah utusan Allah bagi seluruh manusia supaya aku memberi peringatan kepada orang-orang yang hidup (hatinya) dan supaya pastilah (ketetapan azab) terhadap orang-orang kafir. Peluklah agama Islam maka kamu akan selamat. Jika kamu menolak maka kamu akan menanggung dosa orang orang Majusi.

Kisahnya


Ketika Rasulullah s.a.w mengirim surat kepada Raja Khosrau II @ Abrawaiz iaitu raja dari Negeri Persia dan menyerunya kepada Islam. Namun ketika surat itu dibacakan oleh Raja itu, dia pun merobeknya sambil berkata, ”Hamba rendahan dari rakyatku menuliskan namanya mendahuluiku."

Ketika berita tersebut sampai kepada Rasulullah s.a.w, baginda pun mengatakan, ”Semoga Allah merobek-robek kerajaannya.”

Doa tersebut dikabulkan. Persia akhirnya kalah dalam perang menghadapi Romawi dengan kekalahan yang menyakitkan. Kemudian dia pun digulingkan oleh anaknya sendiri yakni Syirawaih. Dia dibunuh dan dirampas kekuasaannya.

Seterusnya kerajaan itu kian terobek-robek dan hancur sampai akhirnya ditakluki oleh pasukan Islam pada zaman Khalifah Umar bin Al-Khaththab r.a hingga tidak dapat lagi berdiri.




4 - Surat kepada Raja Heraklius @ Hercules - Romawi (Byzantine / Rome)


Isi surat

Dengan menyebut nama Allah Yang Maha Pemurah lagi Maha Penyayang. Dari Muhammad utusan Allah untuk Heraklius Kaisar Romawi yang agung. Salam bagi siapa yang mengikuti petunjuk. Salain dari pada itu, sesungguhnya aku mengajak kamu untuk memeluk Islam. Masuklah kamu ke agama Islam maka kamu akan selamat dan peluklah agama Islam maka Allah memberikan pahala bagimu dua kali dan jika kamu berpaling maka kamu akan menanggung dosa orang orang Romawi. 

“Katakanlah: Hai Ahli Kitab, marilah (berpegang) kepada suatu kalimah (ketetapan) yang tidak ada perselisihan antara kami dan kamu, bahawa tidak kita sembah kecuali Allah dan tidak kita persekutukan Dia dengan sesuatu pun dan tidak (pula) sebahagian kita menjadikan sebahagian yang lain sebagai tuhan selain Allah. Jika mereka berpaling maka katakanlah kepada mereka: “Saksikanlah, bahawa kami adalah orang-orang yang berserah diri (kepada Allah)”.  (Surah Aali-Imran : 64)  [Sahih Al-Bukhari 1/4,5] 

Kisahnya


Dari Ibnu ‘Abbas .a. katanya Abu Sufyan mengisahkan kepadanya dari mulut Abu Sufyan sendiri cerita berikut:  “Pada masa berlangsungnya perjanjian Damai antaraku dengan Rasulullah s.a.w., aku pergi berniaga ke Syam. Ketika itu aku sedang berada di sana, disampaikan orang sepucuk surat dari Rasulullah s.a.w kepada Kaisar Heraklius (Hercules), penguasa Rumawi.


Yang membawa surat itu adalah Dihyah Al-Kalbi yang langsung menyerahkannya kepada Penguasa Basrah. Selanjutnya, Penguasa Basrah menyerahkan kepada Hiraklius. Hiraklius lalu bertanya: Apakah di sini terdapat seorang dari kaum lelaki yang mengaku sebagai nabi ini?

Mereka menjawab: Ya! Maka aku pun dipanggil bersama beberapa orang Quraisy lainnya sehingga masuklah kami menghadap Hiraklius. Setelah mempersilakan kami duduk di hadapannya,

Hiraklius bertanya: Siapakah di antara kamu sekalian yang paling dekat nasabnya dengan lelaki yang mengaku sebagai nabi ini? Abu Sufyan berkata: Lalu aku menjawab: Aku.

Kemudian aku dipersilakan duduk lebih dekat lagi ke hadapannya sementara teman-temanku yang lain dipersilakan duduk di belakangku. Kemudian Hiraklius memanggil juru terjemahnya dan berkata kepadanya: Katakanlah kepada mereka bahwa aku akan menanyakan kepada orang ini tentang lelaki yang mengaku sebagai nabi itu. Jika ia berdusta kepadaku, maka katakanlah bahwa ia berdusta.

Abu Sufyan berkata: Demi Allah, seandainya aku tidak takut dikenal sebagai pendusta, niscaya aku akan berdusta. Lalu Hiraklius berkata kepada juru terjemahnya: Tanyakan kepadanya bagaimana dengan keturunan lelaki itu di kalangan kamu sekalian?

Aku menjawab: Di kalangan kami, dia adalah seorang yang bernasab baik. Dia bertanya: Apakah ada di antara nenek-moyangnya yang menjadi raja?

Aku menjawab: Tidak. Dia bertanya: Apa kamu sekalian menuduhnya sebagai pendusta sebelum dia mengakui apa yang dikatakannya? Aku menjawab: Tidak.

Dia bertanya: Siapakah pengikutnya, orang-orang yang terhormatkah atau orang-orang yang lemah?

Aku menjawab: Para pengikutnya adalah orang-orang lemah. Dia bertanya: Mereka semakin bertambah ataukah berkurang?

Aku menjawab: Bahkan mereka semakin bertambah.

Dia bertanya: Apakah ada seorang pengikutnya yang murtad dari agamanya setelah dia peluk karena rasa benci terhadapnya?

Aku menjawab: Tidak.

Dia bertanya:Apakah kamu sekalian memeranginya?

Aku menjawab: Ya.

Dia bertanya: Bagaimana peperangan kamu dengan orang itu?

Aku menjawab: Peperangan yang terjadi antara kami dengannya silih-berganti, terkadang dia mengalahkan kami dan terkadang kami mengalahkannya.

Dia bertanya: Apakah dia pernah berkhianat?

Aku menjawab: Tidak. Dan kami sekarang sedang berada dalam masa perjanjian damai dengannya, kami tidak tahu apa yang akan dia perbuat. Dia melanjutkan: Demi Allah, aku tidak dapat menyelipkan kata lain dalam kalimat jawaban selain ucapan di atas.

Dia bertanya lagi: Apakah perkataan itu pernah diucapkan oleh orang lain sebelum dia?

Aku menjawab: Tidak.

Selanjutnya Hiraklius berkata kepada juru terjemahnya: Katakanlah kepadanya, ketika aku bertanya kepadamu tentang nasabnya, kamu menjawab bahwa ia adalah seorang yang bernasab mulia. Memang demikianlah keadaan rasul-rasul yang diutus ke tengah kaumnya.

Ketika aku bertanya kepada kamu apakah di antara nenek-moyangnya ada yang menjadi raja, kamu menjawab tidak. Menurutku, seandainya ada di antara nenek-moyangnya yang menjadi raja, aku akan mengatakan dia adalah seorang yang sedang menuntut kerajaan nenek-moyangnya.

Lalu aku menanyakan kepadamu tentang pengikutnya, apakah mereka orang-orang yang lemah ataukah orang-orang yang terhormat. Kamu menjawab mereka adalah orang-orang yang lemah. Dan memang merekalah pengikut para rasul.

Lalu ketika aku bertanya kepadamu apakah kamu sekalian menuduhnya sebagai pendusta sebelum dia mengakui apa yang dia katakan. Kamu menjawab tidak. Maka tahulah aku, bahwa tidak mungkin dia tidak pernah berdusta kepada manusia kemudian akan berdusta kepada Allah.

Aku juga bertanya kepadamu apakah ada seorang pengikutnya yang murtad dari agama setelah ia memeluknya karena rasa benci terhadapnya. Kamu menjawab tidak. Memang demikianlah iman bila telah menyatu dengan orang-orang yang berhati bersih.

Ketika aku menanyakanmu apakah mereka semakin bertambah atau berkurang, kamu menjawab mereka semakin bertambah. Begitulah iman sehingga ia bisa menjadi sempurna.

Aku juga menanyakanmu apakah kamu sekalian memeranginya, kamu menjawab bahwa kamu sekalian sering memeranginya. Sehingga perang yang terjadi antara kamu dengannya silih-berganti, sesekali dia berhasil mengalahkanmu dan di lain kali kamu berhasil mengalahkannya. Begitulah para rasul akan senantiasa diuji, namun pada akhirnya merekalah yang akan memperoleh kemenangan.

Aku juga menanyakanmu apakah dia pernah berkhianat, lalu kamu menjawab bahwa dia tidak pernah berkhianat. Memang begitulah sifat para rasul tidak akan pernah berkhianat.

Aku bertanya apakah sebelum dia ada seorang yang pernah mengatakan apa yang dia katakan, lalu kamu menjawab tidak. Seandainya sebelumnya ada seorang yang pernah mengatakan apa yang dia katakan, maka aku akan mengatakan bahwa dia adalah seorang yang mengikuti perkataan yang pernah dikatakan sebelumnya.

Dia melanjutkan: Kemudian Hiraklius bertanya lagi: Apakah yang ia perintahkan kepadamu?

Aku menjawab: Dia menyuruh kami dengan salat, membayar zakat, bersilaturahmi serta membersihkan diri dari sesuatu yang haram dan tercela.

Hiraklius berkata: Jika apa yang kamu katakan tentangnya itu adalah benar, maka ia adalah seorang nabi. Dan aku sebenarnya telah mengetahui bahwa dia akan muncul, tetapi aku tidak menyangka dia berasal dari bangsa kamu sekalian. Dan seandainya aku tahu bahwa aku akan setia kepadanya, niscaya aku pasti akan senang bertemu dengannya.

Dan seandainya aku berada di sisinya, niscaya aku akan membersihkan segala kotoran dari kedua kakinya serta pasti kekuasaannya akan mencapai tanah tempat berpijak kedua kakiku ini.

Dia melanjutkan: Kemudian Hiraklius memanggil untuk dibawakan surat Rasulullah saw. lalu membacanya. Ternyata isinya adalah sebagai berikut: Dengan menyebut nama Allah Yang Maha Pengasih lagi Maha Pemurah, dari Muhammad, utusan Allah, untuk Hiraklius, Penguasa Romawi. Salam sejahtera semoga selalu terlimpah kepada orang-orang yang mau mengikuti kebenaran.

Sesungguhnya aku bermaksud mengajakmu memeluk Islam. Masuklah Islam, niscaya kamu akan selamat. Masuklah Islam niscaya Allah akan menganugerahimu dua pahala sekaligus. Jika kamu berpaling dari ajakan yang mulia ini, maka kamu akan menanggung dosa seluruh pengikutmu.

(Wahai Ahli Kitab, marilah kepada suatu kalimah ketetapan yang tidak ada perselisihan antara kami dan kamu, bahwa tidak kita sembah kecuali Allah dan tidak kita mempersekutukan Dia dengan sesuatu pun dan tidak pula sebagian kita menjadikan sebagian yang lain sebagai Tuhan selain daripada Allah. Jika mereka berpaling maka katakanlah kepada mereka: Saksikanlah, bahwa kami adalah orang-orang yang menyerahkan diri kepada Allah).

Selesai dia membaca surat tersebut, terdengarlah suara nyaring dan gaduh di sekitarnya. Lalu dia memerintahkan sehingga kami pun segera dikeluarkan. Lalu aku berkata kepada teman-temanku ketika kami sedang menuju keluar, Benar-benar telah tersiar ajaran Ibnu Abu Kabasyah, dan sesungguhnya dia benar-benar ditakuti oleh Raja Romawi.

Abu Sufyan berkata: Aku masih terus merasa yakin dengan ajaran Rasulullah s.a.w. bahwa ia akan tersiar luas sehingga Allah berkenan memasukkan ajaran Islam itu ke dalam hatiku.  [Hadis 1745 jilid 3 sahih Muslim]


5 - Surat kepada Gabenor Al-Munzir bin Sawa - Bahrain


Nabi Muhammad s.a.w mengutus risalah kepada al-Munzir bin Sawa pemerintah Bahrain, menyeru beliau kepada Islam. Rasulullah s.a.w memilih al-’Ala’ bin al-Hadhrami untuk menyampaikan risalahnya itu, sebagai jawapan al-Munzir telah menulis kepada Rasulullah s.a.w seperti berikut;
"Ada pun selepas itu wahai Rasulullah, sebenarnya telah pun ku baca bingkisan tuan hamba itu kepada penduduk Bahrain, di antara mereka gemarkan Islam dan kagum dengannya dan sebahagian yang lain membencinya, di bumi ku ini terdapat penganut Majusi dan Yahudi, maka berlaku sesuatu hal di sini mengenai seruan tuan hamba itu."

Rasulullah s.a.w membalas semula kepadanya:  
“Dengan nama Allah Yang Maha Pemurah lagi Maha Penyayang ” Dari Muhammad Utusan Allah kepada al-Munzir bin Sawi salam ke atas kamu. Maka sesungguhnya kepada Engkau Allah, aku memuji yang tiada Tuhan selainNya dan aku mengaku bahawa Muhammad adalah hambaNya dan pesuruhNya, adapun selepas itu aku mengingatkan kau dengan Allah Azzawajala, maka sesungguhnya sesiapa yang menasihat sebenarnya beliau menasihati dirinya, dan sesiapa yang mentaati ku dan sesiapa yang menasihatkan mereka bererti telah menasihatiku. Sebenarnya para utusan ku telah pun memuji kau dengan baik, sesungguhnya melalui kamu aku memberi syafaat ku kepada kaum kamu, oleh itu biarlah kaum muslimin dengan kebebasan mereka dan pengampunan kamu terhadap pesalah-pesalah, maka terimalah mereka. Sekiranya kamu terus soleh dan baik maka kami tidak akan memecatkan kamu dari tugas dan sesiapa yang masih dengan pegangan Yahudi atau Majusinya ianya wajib membayar jizyah"



Senarai surat-surat yang ditulis oleh Nabi Muhammad SAW


Surat-Surat Kepada Maharaja-Maharaja, Raja-Raja, Pemerintah-Pemerintah, Wazir-Wazir, Gabenor-Gabenor Dan Lain-Lain

1- Surat Kepada Negus, Raja Habsyah
2- Surat Kepada Abu Sufian
3- Surat Kedua Kepada Raja Habsyah
4- Surat Ketiga Kepada Raja Habsyah
5- Surat Kepada Kaisar Heraklius
6- Surat Kepada Khusro Perwez, Maharaja Farsi
7- Surat Kepada Hurmuz
8- Surat Kepada Wazir Mesir
9- Surat Kepada Hauza Bin Ali, Gabenor Yamamah
10- Surat Kepada Haris Ghassani, Raja Damishq (Damsyik)
11- Surat Kepada Munzir Bin Sawa, Gabenor Bahrain
12- Surat Kedua Kepada Munzir
13- Surat Kepada Jaifer Dan 'Abd, Raja Oman
14- Surat Kepada Jaifer Waris As'hama Negus
15- Surat Kepada Raja-Raja Himyar
16- Surat Kedua Kepada Raja-Raja Himyar
17- Surat Kepada Farwah, Gabenor Ma'an
18- Surat Kepada 'Amr Bin Hazm Ansari, Gabenor Yaman
19- Surat Kepada Ukaidir, Pemerintah Dumatul Jandal



Surat-Surat Dan Perintah Yang Dihantar Kepada Amir, Pemimpin Dan Ketua-Ketua Pelbagai Kabilah Dan Individu

1- Surat Kepada Pope Rom
2- Surat-Surat Kepada Yahudi Khaibar
3- Surat Kepada Budail Bin Waraqa
4- Surat-Surat Kepada Puak Aslam
5- Surat Kepada Penduduk Persekitaran Tihama
6- Surat Kepada Khalid Bin Zimadul Azdi
7- Surat Kepada Hilal Bin Umayyah, Amir Bahrain
8- Surat Kepada Usaibukht Bin Abdullah, Amir Hajar
9- Surat Kepada Bani Abdullah
10- Surat Kepada Nahshall Bin Malik, Amir Bani Va'il
11- Surat Kepada Rifa'ah Bin Zaid Juzami
12- Surat Kepada Bani Asad
13- Surat Kepada Amir-Amir Aqabah
14- Surat Kepada Penduduk Maqna
15- Surat Kepada Penduduk Azruh
16- Surat Kepada Amir Hamdan
17- Surat Kepada Khalid Bin Al-Walid
18- Surat Kepada Musailamah Al-Kazzab (Si Penipu)
19- Surat Kepada Muaz Bin Jabal R.A.
20- Surat Kepada Jin
21- Surat Kepada Zul Ghussa Qais
22- Surat Kepada 'Amr Bin Ma'abad Al-Juhani
23- Surat Kepada Bani Zuhair
24- Surat Kepada Suhail Bin Amr
25- Surat Kepada Puak Khas'am
26- Surat Kepada Zamal Bin 'Amr Aluzri

Wallahu a'lam .......

Tuesday, 15 October 2013

Iman, Islam, Ihsan


Poster Islamik Surah An Naml ayat 1-3


Poster Islamik Surah Al Furqan ayat 62


Sheikh Bilal Assad : When Hardship Afflicts a Believer ᴴᴰ

Mengumpat Gaya Baru


The Perfect Preparation For Our Future


You & Everything You Own Belongs To Your Father ᴴᴰ

Sheikh Bilal Assad : Allah Will Not Lose Us! ᴴᴰ

The Gift Of Gratitude ᴴᴰ

Why Do Muslims Perform Pilgrimage (Hajj) ᴴᴰ

Friday, 11 October 2013

2 SURAH AL BAQARAH by Mishary Rashed Al Alafasy

10 Qiraat Al-Fatihah by Sheikh Mishary Rasheed (Malay Trans)

Surah Al-Fatihah by Mishary Rashid Al-Afasy (English & Malay Subtitles)

Sheikh Mohamad Hoblos : Do You Know Who Are The Best Of Sinners?

Everything Comes From Allah

Time of Ease & Difficulty

Have You Prayed?

Poster Islamik Surah Al Furqan ayat 59


Poster Islamik Surah Al Furqan ayat 56


Poster Islamik Surah Al Furqan ayat 48


Saturday, 5 October 2013

Poster Islamik Surah An Nur ayat 56


The Day of Gathering ᴴᴰ - Sheikh Bilal Assad

Does God Exist?

Hamza Yusuf - The Greatness of The Prophet Muhammad 1/6

Hamza Yusuf - The Greatness of The Prophet Muhammad 2/6

Hamza Yusuf - The Greatness of The Prophet Muhammad 3/6

Hamza Yusuf - The Greatness Of The Prophet Muhammad 4/6

Hamza Yusuf - The Greatness of The Prophet Muhammad 5/6

Hamza Yusuf - The Greatness of The Prophet Muhammad 6/6

Sheikh Hamza Yusuf : Hakikat Kehidupan di Dunia

Pencegah Perbuatan Keji & Mungkar

Solat : Tiang Agama








Lat : Ayuh ke Masjid



Friday, 4 October 2013

Surah Al Fatihah ayat 5


God is Beautiful & He Loves Beauty

Dr MAZA : Masjid Kita Kaku Tidak Mesra Pelanggan

Dr Asri Zainul Abifin



 Masjid Kita Kaku Tidak Mesra Pelanggan

Prof Madya Dato’ Dr Mohd Asri Zainul Abidin
Islam adalah gabungan kekuatan keruhanian dan kebendaan. Ia bukan agama kerahiban yang hanya duduk bersila berzikir dan melupakan tanggungjawab menjadi khalifah atas muka bumi ini. Juga, bukan agama yang memisahkan dunia dan akhirat, sehingga kegiatan dunia dibicara atau dilaksanakan dalam rupa yang berasingan dengan akhirat. Tidak! sama sekali tidak!
Fungsi Masjid
Masjid adalah pusat umat Islam. Masjid dalam Islam mestilah melambangkan kesyumulan atau keluasan Islam itu sendiri. Masjid mesti berfungsi untuk membangunkan umat di sudut keruhanian dan fizikalnya. Memasuki masjid bererti melangkah ke kawasan yang melambangkan ketulusan, kemesraan, kerahmatan dan kesyumulan agama ini. Sebab itu, umat Islam dalam kesibukan urusan kehidupan, mereka diperintahkan singgah lima kali saban hari di masjid demi mengambil tenaga meneruskan agenda perjuangan sebagai khalifah yang memimpin dunia ini. Maka muncullah dalam diri setiap individu muslim satu kekuatan yang luar biasa. Ia adalah gabungan antara unsur langit dan bumi, atau keruhanian dan kebendaan. Kata Dr. Yusuf al-Qaradawi:
“Dengan menunaikan solat berjemaah di masjid sebanyak lima kali sehari, menjadikan masjid suatu tempat yang penting dalam Islam dan kehidupan muslimin. Masjid bukannya tempat bertapa untuk golongan pendeta (yang hanya menumpukan kepada ibadah khusus), atau sudut untuk golongan menganggur, bukan juga tempat ibadat golongan darwis (ahli pertapaan). Dalam Islam tiada pendetaan atau pertapaan. Rasulullah s.a.w. bersabda kepada Abu Zar:
“Kewajiban kepadamu adalah jihad kerana itulah adalah pertapaan umatku (Ibn Hibban dan al-Hakim-hadis hasan)”.
Al-Qaradawi juga menyebut:
“Masjid Nabi itu adalah madrasah dakwah, demikian juga ianya adalah pejabat Negara Islam. Padanya Nabi memberikan kerja bagi yang menganggur, ilmu kepada yang jahil, pertolongan kepada yang fakir, memandu urusan kesihatan dan kemasyarakatan, menyebarkan berita yang penting untuk umat, bertemu dengan para diplomat asing, mengatur tentera di medan perang juga menghantar pendakwah dan perwakilan untuk perdamaian (Al-Qaradawi, Al-`Ibadah fi al-Islam, ” m.s. 233, Beirut: Muassasah al-Risalah).
Kata seorang tokoh Islam yang terkenal di masa ini, Dr. `Imad ad-Din Khalil dalam karyanyaDirasah fi al-Sirah ketika mengulas tentang fungsi masjid yang di asaskan oleh Rasulullah s.a.w.:
“Masjid bukannya tempat ibadat dan solat semata-mata, bahkan kedudukannya sama seperti kedudukan Islam itu sendiri, mencakupi berbagai sudut al-din, politik dan kemasyarakatan” (m.s. 149 Beirut: Dar al-Nafais).
Gagal Berfungsi
Malangnya, masjid-masjid kita kebanyakannya masih gagal berfungsi sedemikian rupa. Di sudut kerahmatan dan kemasyarakatan umpamanya, banyak masjid kita masih tidak mesra remaja dan kanak-kanak. Golongan ini sentiasa rasa kurang selesa atau bimbang dengan layanan orang-orang masjid kepada mereka. Takut-takut dimarahi jika tersilap. Jika tidak pun, mereka kurang diberi layanan yang sewajarnya. Lebih teruk lagi ada masjid yang membuat penempatan khas untuk kanak-kanak ketika solat. Mereka dijarak jauhkan dari saf orang dewasa. Kadang kala jauhnya itu pula diselang beberapa saf. Ditulis pula satu papan tanda ‘saf kanak-kanak’. Ini semua berpunca dari “khurafat” yang disandar kepada fekah kononnya jika kanak-kanak belum berkhatan bersentuhan dengan orang dewasa maka batallah solat. Sebabnya di bawah ‘kulit’ kanak-kanak itu ada najis kerana belum bersunat. Cubalah tanya orang-orang tua, atau ustaz yang mengajar sedemikian rupa, apakah dalam perut orang dewasa tidak ada najis? Atau apakah jika seseorang ada nanah di bawah kulitnya, maka solatnya tidak sahnya?
Saf Kanak-Kanak
Lebih lucu dari itu ada yang menyatakan boleh menyebabkan terbatalnya keseluruhan saf kerana ‘jangkitan sentuhan‘ kanak-kanak. Fatwa seperti ini sebenarnya terpinggir dari penghujahan dalil dan kewarasan akal. Ketika Ibn Abbas masih kanak-kanak, Rasulullah s.a.w. bersolat dan memegang telinga atau kepala Ibn Abbas agar bersolat di tepi baginda. Kata Ibn ‘Abbas:
“..Rasulullah bangun bersolat malam aku turut serta bersamanya. Aku berdiri di sebelah kiri baginda. Baginda memegang kepalaku lalu menjadikan aku berada di sebelah kanan baginda (Riwayat al-Bukhari).
Dalam hadis Anas:
“…Rasulullah berdiri untuk solat. Aku bersaf dengan seorang budak yatim di belakang baginda. Sementara wanita tua berada di belakang kami”. (Riwayat al-Bukhari). Adapun hadis riwayat Ahmad dan Abu Daud yang menyatakan Rasulullah menjadikan saf lelaki dewasa di hadapan kanak-kanak, hadis itu daif dari segi sanadnya. Kata al-Syeikh Nasir al-Din al-Albani: “Adapun menjadikan saf kanak-kanak di belakang lelaki, aku tidak dapati melainkan hadis yang daif ini sahaja. Ia tidak dapat dijadikan hujah. Tidak mengapa kanak-kanak berdiri dalam saf sebelah lelaki dewasa jika saf masih luas. Solat anak yatim bersama Anas di belakang Rasulullah s.a.w. menjadi hujah dalam masalah ini. (Al-Albani, Tamam al-Minah, 284, Riyadh: Dar al-Rayah).
Layanan Buruk
Hasil lain dari kecelaruan ini, ada orang dewasa yang sanggup menarik kanak-kanak yang sedang bersolat keluar dari saf kerana dia nak masuk saf. Kemudian disuruh budak itu ke saf belakang. Akhlak buruk ini menjadikan kanak-kanak berjiwa lemah ketika berada di masjid. Sementara orang dewasa yang lewat datang dan menarik kanak-kanak keluar itu pula terbiasa dengan sikap buruk sebagai seorang yang datang lewat lalu merampas tempat orang yang lebih awal.
Ada juga pihak masjid tidak suka kanak-kanak terlalu ramai ke masjid. Bimbang nanti mengganggu keheningan jamaah. Dukacita sikap yang demikian tersimpan dalam perasaan sesetengah orang. Ini kerana sesetengah kita lebih ingin jaga warna kapet baru dari berkempen mendapat jamaah baru.
Dalam hadis Nabi s.a.w, baginda bersabda:
“Aku mendirikan solat (sebagai imam) dan aku berhasrat ingin memanjangkannya. Tiba-tiba aku mendengar tangisan bayi, maka aku mensegerakan solatku kerana aku tidak suka membebankan ibunya” (Riwayat al-Bukhari).
Lihatlah sikap mesra pelanggan yang ditunjukkan oleh baginda. Maka tidak hairan, masjid di zaman menjadi tempat terpautnya hati setiap generasi. Hadis ini juga memberi maksud imam mesti meringankan solatnya, jika makmum ramai yang bertugas di belakangnya.
Demikianlah Nabi s.a.w menjaga perasaan ahli jamaahnya. Adapun kita, jika ada anak yang menangis, ibunya pasti dipandang sinis. Maka jangan hairan jika kanak-kanak atau remaja merasai lebih diberi layanan mesra ketika berada di pusat-pusat hiburan, dibandingkan jika berada di masjid. Kemudian kita ‘bising’ apabila jenerasi muda tidak minat dengan masjid, atau tidak selesa di masjid.
Pemikiran Sekular
Di sudut kesyumulan Islam, pemikiran ‘sekular’ masih terpalit baunya dalam gaya fikir kebanyakan kita. Pengajaran di masjid masih terikat dengan beberapa mata pelajaran tertentu sahaja, yang dianggap hanya itulah yang berkait dengan agama. Selainnya, tidak diberi ruang di dalam masjid. Maka hanya tauhid, fekah, tafsir, tasauf dan seumpamanya diajar di masjid. Itupun sebahagiannya masih lagi menggunakan pendekatan lama seakan pendengarnya datang dari beberapa kurun yang lepas. Soalannya, mengapa tidak mata pelajaran akademik moden seperti sains, matematik, geografi juga diajar dalam masjid-masjid?! Tidakkah agama itu merangkumi dunia dan akhirat. Jika ustaz fekah boleh mengajar dalam masjid, mengapa ‘ustaz’ sains tidak?! Fekah berkhidmat untuk umat dalam amalan mereka. Tanpa mengetahui sains juga, banyak fatwa moden tidak dapat dirumuskan!. Tidakkah generasi kita yang mempelajari sains dengan penuh keimanan boleh menjadi benteng kepada umat?.
Fungsi masjid sepatutnya lebih luas. Kata ‘Aisyah r.a:
“Suatu hari RasululLah s.a.w. berada di pintu bilikku, ketika itu orang–orang Habsyah sedang bermain di dalam masjid. Baginda melindungiku dengan selindangnya, aku pula melihat kepada permainan mereka”. (Riwayat al-Bukhari).
Dalam riwayat lain disebut permainan tersebut ialah permainan senjata. Sikap tidak membantah Nabi s.a.w terhadap permainan mereka menunjukkan perbuatan Habsyah mengadakan permainan senjata dalam masjid adalah sesuatu yang diizinkan. Demikian juga baginda tidak membantah ‘Aisyah melihat mereka, menunjukkan wanita boleh melihat pertunjukan permainan yang dilakukan oleh lelaki. Ini semua menunjukkan bahawa masjid pada zaman Nabi s.a.w. tidak kaku seperti kita.
Akademik Di Masjid
Justeru, jika masjid memperuntukan kelas-kelas akademik percuma, maka para pelajar kita akan terasa kesyumulan agama ini. Di samping untuk peperiksaan, ia mendidik mereka lebih berdisplin dan ingatkan Allah mengenai ilmu yang dipelajari. Ia mampu menjadikan guru yang mengajar lebih mengingati Allah mengenai tanggungjawab dan kaitannya dengan Islam. Ini kerana semuanya beroperasi dalam masjid. Jika kelas-kelas tambahan percuma dalam pelajaran-pelajaran tersebut diberikan oleh masjid dan di dalam masjid pula, maka anak-anak akan dihantar oleh ibubapa ke masjid. Lalu hati mereka dan ibubapa mereka akan dekat dengan masjid dan sentiasa mengenang masjid. Waktu solat, mereka akan bersolat. Jika mereka ingin melakukan sesuatu yang salah, mereka teringat mereka berada dalam masjid. Maka makmurlah masjid dan berfungsilah peranannya.
Jika tiada ruang antara maghrib dan isyak kerana kuliah-kuliah agama yang formal. Masjid kita masih banyak waktu kosong antara zohor dan asar dan antara asar dan maghrib. Duit masjid yang ditabungkan orang itu, bukan sekadar untuk dipaparkan di papan kenyataan tentang peningkatan jumlahnya. Sebaliknya untuk dibuktikan fungsinya dalam membangunkan Islam yang syumul ini.
Pusat Kempen Kebaikan
Banyak aktiviti masyarakat muslim sepatutnya masjid menjadi pusatnya. Kempen penjagaan alam sekitar, kempen hak-hak wanita, kempen pembinaan ekonomi muslim dan berbagai lagi patutnya dikepalai oleh pihak masjid. Anak makmum atau jemaah yang mempunyai berbagai kegiatan dan aktiviti boleh memanfaatkan masjid. Selagi tidak bercanggah dengan syarak, masjid boleh dijadikan penggerak kepada sebarang aktiviti yang bersifat umat dan membantu membangunkan tamadun umat. AJK masjid pula jangan jadikan masjid sebagai syarikat sendirian berhad. Masjid untuk semua. Dr. Mustafa as-Siba`i dalam menyebut pembinaan Masjid Nabawi serta fungsi masjid berkata:
“Apabila Rasulullah s.a.w. sampai ke Madinah, maka kerjanya yang pertama ialah membina padanya masjid. Ini menunjukkan kepentingan masjid dalam Islam …apatah lagi bagi masjid itu mesej kemasyarakatan dan keruhanian yang besar kedudukannya dalam kehidupan muslimin. Masjidlah yang menyatupadukan mereka, mendidik jiwa, menyedarkan hati dan akal, menyelesaikan masalah dan di masjidlah dizahirkan kekuatan dan prinsip mereka. Sejarah masjid dalam Islam telah membuktikan bahawa daripada masjid bergeraknya tentera Islam memenuhi bumi dengan hidayah Allah. Daripada masjid juga diutuskan obor cahaya dan hidayah untuk muslimin dan selain mereka. Di masjidlah bermula subur dan berkembangnya benih ketamadunan Islam. Tidaklah Abu Bakr, `Umar, Uthman, `Ali, Khalid, Sa`ad, Abu `Ubaidah dan seumpama mereka, yang merupakan tokoh-tokoh agung sejarah Islam melainkan para penuntut di madrasah Muhammadiyyah (sekolah Rasulullah s.a.w). yang bertempat di Masjid Nabawi… jadikanlah masjid kembali sebagai tempat utama dalam semua institusi kemasyarakatan kita, jadikanlah masjid kembali memainkan peranannya dalam mentarbiah manusia, melahirkan tokoh, membaiki kerosakan masyarakat, memerangi kemunkaran dan membina masyarakat atas asas taqwa dan keredhaan Allah” (Al-Siba’i, Al-Sirah an-Nabawiyyah: Durus wa `Ibar, m.s. 74-75 Jordan: al-Maktab al-Islami).
Kualiti
Kuliah-kuliah di masjid juga mestilah ditingkatkan ke tahap yang sesuai dengan perkembangan masyarakat kita. Fekah yang payah dan menyusah hendaklah dihindari. Jadikanlah Islam itu mudah dan praktikal. Bersesuaian dengan nas-nas Islam yang bersifat demikian.
Demikian pengajaran dalam masjid mesti memberi kesan kepada kehidupan insan yang ke masjid. Jangan ustaz asyik membahaskan tentang bermacam pembahagian air dengan berbagai pecahannya yang bukan-bukan, sehingga berbulan masih tajuk mengenai air itu dan ini. Belum pun masuk tajuk solat dan seterusnya. Malangnya dalam masa yang sama tandas atau bilik air masjid dipenuhi dengan bau dan kekotoran yang tidak melambangkan kebersihan dalam Islam. Islam bukan sahaja menyuruh kita bersih ketika dalam solat, namun juga di luar solat.
Demikian juga isi pengajaran hendaklah dalam bentuk yang menarik generasi baru. Saingan luar masjid yang menarik manusia moden terlalu. Pusat-pusat hiburan yang lain menggamit generasi muda. Kempen-kempen ke masjid mestilah segar dan baru. Untuk itu, kita perlukan pihak pengurusan yang segar dan mampu membawa manusia ke masjid. Jika yang sedia ada tidak mampu maka, mereka perlu membina peningkatan diri, atau ‘menarik diri’. Pihak yang kerajaan amanahkan untuk memantau dan membina kekuatan masjid juga mesti segar megar. Jika tidak mampu, mungkin mereka kenalah segera tukar. Jika tidak, ia secara tidak langsung menghalang orang datang ke masjid.
Firman Allah dalam Surah al-Baqarah ayat 114: (maksudnya):
“Dan siapakah yang lebih zalim dari mereka yang menghalangi masjid-masjid Allah untuk disebutkan nama Allah di dalamnya, dan ia berusaha pula untuk meruntuhkan masjid-masjid itu? Mereka yang demikian, tidak sepatutnya masuk ke dalam masjid-masjid itu melainkan dalam keadaan mereka yang takutkan Allah. Mereka (dengan perbuatan itu) akan beroleh kehinaan di dunia, dan di akhirat kelak mereka mendapat azab seksa yang amat besar”.
Kita mungkin tidak menghalang manusia mendekati masjid. Namun tindakan yang tidak seimbang dengan fungsi masjid menjadikan manusia terhalang secara tidak langsung kerana kita. Generasi muda pelapis pembinaan tamadun umat. Jumlah mereka mesti lebih ramai di masjid dari di pusat-pusat ‘lamunan’. Jangan sampai masjid kita hanya jadi kelab orang pencen sahaja. Sedangkan orang muda berkelab di tempat lain.

credit : dr.maza.com